Kamis 02 Oct 2025 13:58 WIB

BI: Inflasi September 2025 Terkendali di 2,65 Persen

Bank Indonesia optimistis inflasi tetap sesuai sasaran hingga 2026.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan inflasi Indonesia pada September 2025 tetap terjaga. Hal ini tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat inflasi sebesar 0,21 persen month to month (mtm), sehingga secara tahunan inflasi mencapai 2,65 persen.

“Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025).

Baca Juga

Denny menjelaskan, capaian inflasi tersebut merupakan hasil konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), termasuk Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2025 dan 2026,” ujarnya.

Secara lebih rinci, inflasi inti pada September 2025 tercatat sebesar 0,18 persen (mtm), lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 0,06 persen (mtm). Kenaikan ini terutama disumbang oleh komoditas emas perhiasan dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi.

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan harga emas global serta faktor musiman dimulainya tahun ajaran baru pendidikan tinggi, di tengah ekspektasi inflasi yang tetap stabil. Secara tahunan, inflasi inti tercatat 2,19 persen year on year (yoy), sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 2,17 persen (yoy).

Kelompok volatile food pada September 2025 mengalami inflasi sebesar 0,52 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,61 persen (mtm). Inflasi ini dipicu kenaikan harga cabai dan daging ayam ras akibat pasokan terbatas seiring berakhirnya masa panen serta peningkatan biaya input produksi.

Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 6,44 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,47 persen (yoy). “Ke depan, inflasi volatile food diperkirakan tetap terkendali didukung sinergi antara BI, TPIP, dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” tegas Denny.

Sementara itu, kelompok administered prices pada September 2025 mengalami inflasi 0,06 persen (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya yang deflasi 0,08 persen (mtm). Kenaikan ini terutama disumbang oleh komoditas sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT) seiring berlanjutnya kenaikan harga jual eceran rokok.

Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi 1,10 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1 persen (yoy).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement