REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Facebook mengatakan menghapus 3,2 miliar akun palsu dari layanan mereka sejak April sampai Semptember tahun ini. Jumlah itu sedikit lebih banyak dibandingkan enam bulan sebelumnya yang sebanyak 3 miliar akun.
Hampir seluruh akun palsu itu dihapus sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menjadi akun 'aktif'. Sehingga, akun itu tidak dihitung sebagai pengguna yang dilaporkan Facebook secara reguler. Facebook memprediksi sekitar 5 persen dari 2,45 miliar pengguna adalah akun palsu.
Dalam laporan yang dirilis Rabu (14/11) disebutkan Facebook juga menghapus 18,5 juta gambar anak-anak telanjang dan pelecehan seksual di periode April sampai September. Jumlah itu naik dari 13 juta di enam bulan sebelumnya.
Mereka mengatakan kenaikan tersebut menandakan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam mendekteksi kasus-kasus tersebut. Dalam periode yang sama Facebook juga menghapus 11,4 juta kasus ujaran kebencian.
Angkanya juga naik dari 7,5 juta di enam bulan sebelumnya. Facebook mengatakan mereka mulai proaktif dalam menghapus ujaran kebencian. Hal itu seperti yang mereka lakukan dalam kasus-kasus konten ekstremis, eksploitasi anak, dan material lainnya.
Facebook memperluas data yang dibagikan untuk propaganda teroris. Sebelumnya mereka hanya memasukan data al-Qaida, ISIS, dan afiliasi mereka. Dalam laporan terbaru Facebook menunjukkan mereka mendeteksi material yang diunggah kelompok ekstremis selain ISIS dan al-Qaida.
Laporan penegakan standar penggunaan Facebook yang keempat tersebut untuk pertama kalinya memasukkan data dari Instagram. Dalam media sosial itu Facebook juga menghapus konten-konten yang berisi gambar anak telanjang, penjualan senjata api, penjualan narkoba dan propaganda terorisme.
Perusahaan teknologi itu menghapus 1,3 juta gambar telanjang anak dan eksploitasi anak di Instagram. Mereka mengatakan sudah menghapusnya sebelum banyak orang melihat gambar-gambar tersebut.