REPUBLIKA.CO.ID,LOS ANGELES -- Pada Natal yang baru lalu, jaringan Sony PlayStation menjadi sasaran peretas.
Sony baru saja diserang oleh peretasan data besar-besaran satu bulan sebelumnya, dan peretas merilis sejumlah besar data perusahaan itu kepada publik. Pelaku peretasan tidak senang dengan film Sony “The Interview” yang mengolok-olok pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Pihak berwenang Amerika yakin Korea Utara berada dibalik peretasan itu. Korea Utara menyangkal, dan fihak lain mengatakan pasti ada peretas swasta yang terlibat. Siapapun pelakunya, peretasan data itu telah menciptakan krisis bagi Sony.
Pada September lalu, jaringan toko Home Depot mengungkap serangan selama lima bulan terhadap terminal pembayarannya yang mengakibatkan pencurian data dari ratusan juta konsumennya. Peretasan sebelumnya menyasar konsumen jaringan toko Target.
Setiap penerobosan terhadap sistem jaringan komputer berbeda-beda, tapi analis Hugh Thompson dari perusahaan keamanan Blue Coat mengatakan serangan-serangan itu terarah dan penyerangnya sangat gigih, selain itu peretas sering menyasarkan karyawan tertentu.
"Pengelola sistem IT yang menelusuri internet dan jejaring sosial, dan mencari tahu tentang restoran favorit mereka, tim olah raga favorit mereka dan kemudian menulis email yang tampak tidak ada apa-apanya, sehingga orang berpikir, email tersebut datang dari teman atau rekan sekerja," Thompson menjelaskan.
Penerima email diiming-imingi untuk mengeklik sebuah tautan dan akibatnya terunduhlah virus. Perusahaan keamanan seperti Blue Coat dan Cyphort bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar untuk mencegah dan mengenali serangan-serangan di dunia maya.
Tapi salah seorang pendiri Cyphort, Fengmin Gong mengatakan kini peretas terkait dengan organisasi yang kompleks dan mereka sabar menunggu peluang mereka. "Mereka mampu memiliki banyak perangkat peralatan. Banyak teknik serangan dan solusinya dimasukkan kedalam satu paket, sehingga mudah untuk diunduh," katanya.
Ia mengatakan perangkat peralatan ini merupakan bagian dari sebuah bisnis peralatan berskala industri.
PayPal bekerja sama dengan sebuah kelompok yang terdiri dari peretas, namun dianggap beretika, guna mengidentifikasi kekurangan dalam sistemnya, dan akhir tahun lalu, perusahaan itu membayar seorang insinyur Mesir $10.000 untuk mengidentifikasi kerentanan didalam sistemnya.
Pakar ini mengatakan konsumen bisa melindungi diri mereka dengan memperbaharui piranti lunak keamanan, menjaga keamanan password, dan menjaga data pribadi, namun perusahaan tetap perlu melipat gandakan upaya mereka melawan eskalasi ancaman dari peretas-peretas canggih.