REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial Twitter pernah disebut-sebut telah tenggelam. Pengguna internet sudah banyak beralih ke platform lain yang dianggap sedang populer. Sebut saja Instagram. Di tengah geliat inovasi Facebook dan Instagram, Twitter sebenarnya juga belum teramat ditinggalkan.
Dwi Adriyansyah, Country Industry Twitter Head Indonesia dan Malaysia, mengatakan kecenderungan pengguna Twitter lebih kepada percakapan. Dia memaparkan sejumlah data menarik, di mana pertumbuhan penggunaan harian Twitter di Indonesia melampaui secara global, bahkan angkanya dua digit. Dari segi konten, meningkat lebih dari 120 persen dan meningkat 300 persen dari konsumsi video langsung dibandingkan tahun sebelumnya.
Twitter pun dirasa perlu mengakuisisi sebuah platform pemberantas hoaks, spam dan brain healthy bernama Smike. Tahun 2018 disebut sebagai kebangkitan Twitter dengan tujuan menciptakan percakapan sehat.
Berita palsu alias hoaks memang tidak dapat dihindarkan di era teknologi. "Kita berantas hoaks dan sudah menangguhkan 70 juta yang kita anggap manipulatif per 2018," kata Dwi di Jakarta.
Ada satu form yang disediakan untuk melaporkan jika terjadi pelanggatan, yaitu melalui t.co/formulirbantuan. Nanti akan ada tim yang merespons segala macam laporan. Siapa pun bisa berbicara, tapi untuk menilai kesehatan percakapan itu, Twitter bekerjasama dengan insttusi pendidikan untuk menemukan formula tepat.
"Banyak akun ter-suspend karena berusaha melakukan manipulasi, fake engangement, fokus ke area tersebut dan jadi prioritas kita," tambahnya.
Sebenarnya ada dua mantra yang dipercaya Twitter. Pertama, keterhubungan dengan hal yang sedang hits atau populer. Berikutnya harus meluncurkan yang baru, bisa melalui konten atau produk. "Kita beri exposure (mengangkat) video live di bagian atas yang bisa dilihat para followers," ujarnya.