REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Ilmuwan Inggris paling terkemuka, Stephen Hawking mengaku bahwa dirinya tidak bisa membaca hingga umurnya mencapai delapan tahun. Secara akademik ia menganggur pasca divonis mengidap penyakit syaraf motorik.
Hawking yang sebelumnya jarang memberikan kuliah di muka umum, saat di Royal Albert Hall di London Rabu (20/10) kemarin mengatakan, "Adik saya Philippa tidak dapat membaca ketika umurnya 4 tahun...tapi kemudian, dia bahkan lebih cemerlang daripada saya."
Ia menambahkan bahwa dirinya tidak pernah mengurungkan niatnya untuk pergi ke Universitas. "Ruang kelas ku begitu sangat berantakan, dan tulisan tangan saya begitu acak-acakan ketimbang guru saya," ujarnya. "Tetapi teman kelas saya, memberikan saya nama Einstein, jadi kemungkinan mereka melihat suatu tanda-tanda yang lebih baik," tambahnya.
Belajar kemungkinan kematian dini merupakan katalisator untuk periode yang paling produktif sebagai ilmuwan, lanjut dia, yang membuatnya menemukan big bang dan lubang hitam. "Ketika anda berhadapan dengan kemungkinan akan kematian, itu akan membuatmu sadar tentang hidup, dan disitu terdapat banyak hal untuk bisa dilakukan," ujar Hawking.
Meskipun memperoleh kenaikan kelas di Universitas Oxford, ia mengatakan bahwa dirinya mendapatkan hasilnya dan bekerja rata-rata hanya satu jam sehari di sana. "Anda harusnya menjadi seorang brilian tanpa upaya atau menerima keterbatasan anda dan mendapatkan kenaikan kelas keempat. Saya tidak bangga terhadap ruang kerja saya. Saya tidak memperlihatkan perilaku saya pada waktu itu, dengan beberapa siswa saya: sikap kebosanan lengkap dan merasa bahwa tidak ada yang layak membuat upaya," tuturnya.
Bagaimanapun juga, ia mengatakan pada usianya yang ke-21, dirinya tidak akan hidup lebih dari beberapa tahun setelah produktivitas intensnya.