Kamis 26 Jul 2018 09:37 WIB

Remaja Putri Diimbau Waspadai Gejala Anemia

Anemia dapat mempengaruhi kondisi kesehatan reproduksi di masa mendatang.

Red: Yudha Manggala P Putra
Pil penambah darah untuk penderita anemia.
Foto: Antara/Noveradika/ca
Pil penambah darah untuk penderita anemia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengingatkan remaja putri untuk mewaspadai berbagai gejala anemia. Sebab, penyakit tersebut dapat mempengaruhi kondisi kesehatan reproduksi di masa yang akan datang.

"Ada beberapa tanda anemia yang bisa dilihat, di antaranya kelopak mata bagian dalam pucat dan biasanya terlihat lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L)," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Amelia di Yogyakarta, Kamis (26/7).

Menurut dia, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan bergizi, khususnya makanan yang banyak mengandung zat besi misalnya daging merah, hati ayam, ikan, telur, tempe, tahu, selada, bayam, sawi, brokoli dan kangkung.

Selain itu, lanjut dia, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta rutin memberikan tablet penambah darah ke siswi SMP dan SMA atau sederajat sejak 2014. Tablet penambah daerah tersebut diberikan satu pekan sekali.

"Hanya saja, pemberian tablet penambah daerah tersebut sifatnya bukan untuk terapi, tetapi diberikan sebagai upaya pencegahan saja. Siswi yang mengalami anemia atau tidak, semuanya memperoleh tablet dengan dosis yang sama," katanya.

Yudiria menambahkan, jika ditemukan siswi dengan tanda-tanda klinis mengalami anemia, maka sekolah dapat merujuk siswi  tersebut untuk memperoleh pengobatan di puskesmas terdekat.

"Sebaiknya, sejak siswi tersebut diterima sebagai siswa baru di sekolah, maka sekolah bisa melakukan pengecekan dan jika ditemukan dapat langsung dirujuk ke puskesmas terdekat untuk ditangani," katanya.

Sampai saat ini, kata Yudiria, siswi yang dirujuk ke puskesmas karena mengalami anemia tidak banyak. Salah satu bahaya anemia, adalah mempengaruhi kehamilan saat remaja putri tersebut menjadi ibu hamil karena bisa meningkatkan risiko kematian ibu yang disebabkan perdarahan, terutama saat kondisi anemia berat.

"Selain itu, anemia juga bisa mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah," katanya.

Jika anemia baru diketahui saat perempuan hamil, lanjut dia, maka penenuhan kekurangan sel darah merah tidak bisa serta merta dikebut dalam kondisi hamil. "Harus sejak dini dipenuhi sehingga sosialisasi mengenai anemia ini penting dilakukan ke remaja putri," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement