Rabu 11 Mar 2020 09:28 WIB

Jumlah Korban Meninggal Akibat DBD di NTT Capai 37 Orang

Jumlah korban meninggal dunia akibat DBD di NTT mencapai 37 orang.

Red: Bayu Hermawan
Seorang ibu mengompres kepala anaknya yang dirawat akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (10/03/20).(Antara/Kornelis Kaha)
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Seorang ibu mengompres kepala anaknya yang dirawat akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (10/03/20).(Antara/Kornelis Kaha)

REPUBLIKA.CO.ID, MAUMERE -- Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan jumlah korban meninggal dunia di provinsi itu sampai dengan Rabu (11/3) pagi akibat demam berdarah dengue (DBD) mencapai 37 orang. Sementara jumlah kasus DBD sejak Januari hingga awal Maret mencapai 3.109 kasus.

"Sampai dengan pagi ini, dari seluruh data yang kami kumpulkan di 22 kabupaten/kota terkait DBD sudah ada 37 orang yang meninggal dengan jumlah kasus DBD sejak Januari hingga awal Maret 2020 mencapai 3.109 kasus, " kata Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi NTT David Mandala dari Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu (11/3) pagi.

Baca Juga

David mengatakan bahwa terjadi penambahan korban yang meninggal akibat DBD jika dibandingkan dengan satu hari sebelumnya yakni pada Senin (9/3) yang kasus kematian akibat DBD baru mencapai 33 kasus. Artinya bahwa kata dia dalam sehari telah terjadi empat kasus kematian dalam sehari di beberapa kabupaten di provinsi berbasis kepulauan itu, salah satunya adalah di kabupaten Sikka yang kini menyumbang angka tertinggi untuk kematian.

"Kabupaten penyumbang kasus DBD tertinggi adalah kabupaten Sikka dengan angka kematian mencapai 14 orang, dan terdapat 1.216 kasus, " ujarnya.

Urutan kedua ditempati oleh Kota Kupang dengan jumlah kasus 462 kasus dengan angka kematian mencapai 5 orang. Posisi ketiga ditempati oleh kabupaten Alor, dengan jumlah kasus mencapai 308 kasus dengan jumlah kasus mencapai tiga orang.

David mengatakan semakin meningkatnya jumlah pasien DBD yang meninggal di provinsi itu diakibatkan karena keterlambatan untuk membawa korban ke puskesmas atau RS agar bisa diperiksa. Pemerintah provinsi juga sudah melakukan berbagai cara untuk menekan angka kematian akibat DBD. Salah satu cara adalah mengirimkan sejumlah dokter spesialis ke sejumlah daerah yang terparah kasus DBD-nya.

Bahkan saat ini khusus untuk kabupaten Sikka saja, provinsi NTT mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat seperti dokter ahli dan perawat. Masyarakatpun diminta agar tetap menjaga kebersihan lingkungan serta memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk aedes aegypty.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement