Rabu 23 Sep 2020 15:37 WIB

Mahasiswa UMM Gagas Aplikasi Tangani Keterlambatan Belajar

. Ide aplikasi bernama Viduatik ini berasal dari fenomena yang terjadi di masyarakat.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan aplikasi Viduatik yang ditunjukkan untuk menangani keterlambatan belajar anak.
Foto: dok. Humas UMM
Sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan aplikasi Viduatik yang ditunjukkan untuk menangani keterlambatan belajar anak.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan aplikasi berbasis Android untuk menangani keterlambatan belajar anak. Ide aplikasi bernama Viduatik ini berasal dari fenomena yang terjadi di masyarakat.

Ketua Kelompok Bawon Wiji menerangkan, setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena cara belajar yang disukai setiap anak tidak sama. Keragaman ini memberikan konskuensi bahwa guru harus mampu mengakomodasi kebutuhan atau gaya belajar yang disukai anak.

"Karena kemampuan tersebut pada akhirnya membantu anak dalam memproses suatu informasi," jelasnya dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (23/9).

Berdasarkan fenomena tersebut, Bawon bersama R. Alvin Ibrahimy Arman, dan Asmaul Farida Azizi mendaftarkan gagasan aplikasi Viduatik ke Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). PKM ini menjadi salah satu proposal yang didanai oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Di tahun ini, UMM berhasil meloloskan 55 proposal sehingga menjadi runner up kampus swasta terbanyak proposal yang didanai.

Melihat beberapa kasus di Indonesia saat ini, tingginya tingkat perbedaan bahasa anak mencapai 40 hingga 60 persen. Situasi ini ternyata berdampak pada keterlambatan belajar anak. Lebih dari 60 persen anak mengalami keterlambatan belajar spesifik dan 40 sampai 75 persen anak mengalami keterlambatan membaca.

Menurut Bawon, permasalahan-permasalahan tersebut menunjukkan adanya fakta tingginya tingkat kesulitan belajar anak. Keterlambatan belajar anak merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar yang menyebabkan prestasi belajar anak menurun. Sementara kesulitan belajar merupakan hambatan belajar yang diakibatkan rendahnya kemampuan akademik anak yang seharusnya mampu dicapai.

Agar informasi yang disampaikan pada anak dapat diterima dengan baik, guru dituntut mengggunakan cara belajar yang sesuai, bahkan kreatif. Oleh karena itu, media yang sesuai membantu anak menerima informasi antara lain power point, buku, papan tulis, latihan soal, dan lain-lain. Penggunaan media tersebut merupakan representasi dari apa yang mereka serap dari materi dalam proses pembelajaran.

Di sisi lain, Indonesia kini memiliki teknologi yang berkembang pesat. Teknologi memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing bagi tiap pemakainya. Artinya, setiap anak seharusnya dapat lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan guna mempermudah penguasaan ilmu baru.

"Namun, perkembangan teknologi informasi membuat kondisi sumber daya manusia menjadi malas sehingga berpengaruh pada kesulitan belajar anak," jelasnya.

Aplikasi Viduatik sendiri mencakup permainan sekaligus menyesuaikan dengan cara belajar yang disukai anak. Melalui inovasi ini, tim membuat aplikasi interaktif visual, audio, dan kinestetik. Konsep ini dijadikan sebagai upaya menangani keterlambatan belajar anak.

Aplikasi Viduatik menyediakan fitur cukup sederhana yang mempermudah penggunanya untuk mengakses. Menunya terdiri atas Detektif, Suara Emas, dan Gerak Bersama. Pada menu Detektif, pengguna akan mendapati tampilan fitur pemecahan masalah berupa gambar rumpang yaitu visual.

Sementara untuk menu Suara Emas, pengguna diminta untuk menyimak dan mencermati suara dalam video animasi berupa audio visual. Lalu untuk menu Gerak Bersama, pengguna diajak untuk mengikuti gerakan tertentu sesuai arahan yang ditampilkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement