Ahad 18 Oct 2020 19:34 WIB

Survei: 60,4 Persen Ingin Pemerintah Prioritaskan Kesehatan

Perubahan dinamika juga terjadi antara survei yang digelar Mei dan Juli.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Pesepeda melintas di dekat dinding bermural di Surabaya, Jawa Timur, Ahad (18/10/2020). Mural di sepanjang dinding viaduk Gubeng itu sebagai sarana imbauan kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.
Foto: Didik Suhartono/ANTARA
Pesepeda melintas di dekat dinding bermural di Surabaya, Jawa Timur, Ahad (18/10/2020). Mural di sepanjang dinding viaduk Gubeng itu sebagai sarana imbauan kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru bertajuk  mitigasi dampak Covid-19 antara kepentingan ekonomi dan kesehatan. Hasilnya, 60,4 persen responden cenderung lebih memprioritaskan persoalan kesehatan ketimbang ekonomi. Sedangkan hanya 36,2 persen responden yang menginginkan agar pemerintah fokus menangani persoalan ekonomi.

"Di bulan September masyarakat kembali menuntut pemerintah agar memprioritaskan masalah kesehatan," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam diskusi daring, Ahad (18/10).

Baca Juga

Burhanuddin mengatakan, perubahan dinamika juga terjadi antara survei yang digelar Mei dan Juli. Pada bulan Mei, 60,7 persen responden meminta agar pemerintah memprioritaskan masalah kesehatan. Sedangkan 33,9 persen responden meminta agar pemerintah memprioritaskan masalah ekonomi.

Pada bulan Juli terjadi perubahan, 47,9 persen responden menginginkan agar pemerintah memprioritaskan masalah ekonomi. Sedangkan, hanya 45 persen yang meminta agar pemerintah mempriortaskan masalah kesehatan.

"Di bulan Juli ketika survei kami lakukan itu masyarakat sedang mengalami semacam fatigue atau kelelahan setelah sekian lama berdiam diri mengikuti petuah pemerintah, saat yang sama ekonomi makin memburuk, tabungan terutama kelas menengah ke bawah habis, akhirnya masyarakat nggak bisa terlihat kecenderungannya pro ekonomi atau kesehatan," jelasnya

"Di bulan September ketika pemerintah melonggarkan PSBB, masyarakat berharap ekonomi segera membaik ternyata tidak juga mereka dapatkan," imbuhnya.

Survei Indikator dilakukan pada 24-30 September 2020 dengan menggunakan 1.200 responden melalui metode simple random sampling. Sementara margin of error sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ لَفٰسِقُوْنَ
dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

(QS. Al-Ma'idah ayat 49)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement