Senin 05 Apr 2021 01:15 WIB

Wapres Minta Dai Ajarkan Moderasi Beragama dalam Berdakwah

Wapres meminta para dai menjaga kerukunan dan persatuan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Fakhruddin
Wapres Minta Dai Ajarkan Moderasi Beragama dalam Berdakwah. Wakil Presiden Ma
Foto: dok. KIP/Setwapres
Wapres Minta Dai Ajarkan Moderasi Beragama dalam Berdakwah. Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengajak para dai mengajarkan moderasi beragama dalam setiap dakwahnya. Wapres menilai ajaran moderasi beragama merupakan  metode dakwah yang tepat untuk situasi masyarakat Indonesia yang beragam dan majemuk.

Selain itu, ajaran moderasi beragama untuk mencegah pola berpikir sempit yang terjadi beberapa waktu terakhir, yakni memahami agama secara keliru dan yang melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama.

"Karena itu dalam dakwahnya para Da’i perlu terus mengajarkan tentang moderasi beragama," kata Ma'ruf saat menjadi keynote speaker dalam Webinar Nasional IKADI-BNPT bertajuk “Peran Da’i dalam Deradikalisasi Paham Keagamaan di Indonesia”, Ahad (4/4).

Wapres menjelaskan, ajaran moderasi beragama pertama yakni, mengembangkan sikap toleran, yaitu perilaku yang menerima dan menghargai keberadaan orang lain yang berbeda keyakinan.

Kedua, anti kekerasan, yakni tidak membenarkan tindak kekerasan, terutama atas nama agama, baik yang dilakukan secara verbal maupun fisik.

Ketiga, Wapres meminta para dai menjaga kerukunan dan persatuan melalui 4 bingkai, yaitu bingkai teologis dengan mengedepankan teologi kerukunan, bingkai politik dengan penguatan empat konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Serta bingkai sosiologis melalui pendekatan sosio kultural dan kearifan lokal, dan bingkai yuridis dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

"Gunakanlah narasi dakwah yang rahmatan lil ‘alamin dengan manhaj yang wasathy. Metode dakwah yang digunakan harus menyesuaikan situasi masyarakat Indonesia yang beragam dan majemuk," ungkapnya.

Wapres juga berharap para dai menyamakan persepsi dan pemikiran di kalangan para Da’i. Khususnya, pandangan tentang substansi dan dakwah yang sejalan dengan teladan Rasulullah SAW demi kemaslahatan umat, bangsa dan negara.

Wapres melanjutkan, cara berpikir yang diajarkan Rasulullah yakni cara berfikir wasathy yaitu cara berfikir yang moderat, dinamis, bukanlah cara pandang atau cara berpikir yang eksklusif dan sempit serta tidak terbuka terhadap perubahan.

Namun tetap dalam koridor manhaji dan tidak ekstrim. Karena itu, ia berharap para Da’i harus meneladani cara berpikir Rasulullah SAW dan tidak ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini.

Sebab, cara berpikir sempit juga merupakan penyebab munculnya sifat egosentris, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog yang kemudian melahirkan pola pikir yang menyimpang, bahkan menjurus radikal.

"Contoh paling aktual dari cara berfikir radikal terorisme yang menyimpang itu adalah peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada tanggal 28 Maret 2021, tindakan ini tidak sesuai dengan ajaran Islam," ujar Ma'ruf.

Karena itu, ia mengapresiasi kolaborasi Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Webinar Nasional “Peran Da’i dalam Deradikalisasi Paham Keagamaan di Indonesia”. Webinar ini kata Wapres, sangat relevan dengan tantangan saat ini.

Ia berharap para dai menjadi kekuatan komunitas, yang mampu mendeteksi dini dan mengeliminasi pola pikir intoleran, egosentris kelompok, dan gerakan yang mengarah pada kekerasan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement