Rabu 28 Jul 2021 01:00 WIB

Presidensi Indonesia di G-20 Momentum Bangkitkan Ekonomi

Indonesia bisa memasukkan agenda-agenda yang menjadi fokus kepentingan nasional.

Rep: Novita Intan/ Red: Satria K Yudha
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama pemimpin dunia di KTT G-20, Osaka, Jepang
Foto: Twitter
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama pemimpin dunia di KTT G-20, Osaka, Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menilai Presidensi Indonesia dalam kelompok G-20 bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi dan perdagangan Indonesia. Indonesia akan menjadi tuan rumah sekaligus Presiden G-20 pada tahun 2022 sesuai keputusan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 ke-15 di Riyadh, Arab Saudi pada 2020. 

"Ini adalah kepercayaan yang luar biasa dari negara-negara G-20 dan harus dimanfaatkan sebagai salah satu momentum kebangkitan ekonomi dan perdagangan," kata Jerry dalam keterangannya, Selasa (27/7). 

Ia mengatakan, Indonesia bisa memasukkan agenda-agenda khusus yang menjadi fokus kepentingan nasional saat ini. Dalam KTT-G-20 2022, Indonesia mengusung tema 'Recover Together, Recover Stronger'. Menurut Wamendag, tema tersebut mencerminkan semangat bersama untuk pulih secara ekonomi dan kesehatan di antara negara-negara G-20. 

Tahun ini ditargetkan menjadi tahun awal bagi berjalannya ekonomi nasional maupun ekonomi dunia yang terdampak Covid-19. Sedangkan tahun 2022 diharapkan proses pemulihan akan berlangsung lebih cepat. Menurut Jerry, ekonomi dunia diharapkan tak hanya pulih, tapi juga menjadi lebih kuat dan lebih cepat tumbuhnya. 

"Adaptasi yang dilakukan baik dalam konteks kesehatan masyarakat maupun adaptasi dalam konteks hubungan ekonomi diharapkan bisa meletakkan dasar bagi proses ekonomi dan perdagangan yang lebih baik," katanya. 

Jerry menilai, Indonesia telah melakukan langkah-langkah yang sangat baik di masa pandemi dalam hal ekonomi dan perdagangan. Secara makro, ekonomi Indonesia relatif bisa melakukan mitigasi dampak Covid-19. Sedangkan dalam proses perdagangan, Indonesia bisa mengelola pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan kesehatan. 

Ia menambahkan, Indonesia juga melakukan langkah yang baik dalam perdagangan luar negeri. Ada dua indikator yang mencerminkan hal tersebut, yaitu surplus neraca perdagangan yang berlangsung terus menerus sejak awal 2020. Indikator kedua adalah banyaknya perjanjian perdagangan yang bisa diselesaikan dan diratifikasi. 

Penyelesaian perjanjian perdagangan diharapkan bisa berdampak jangka panjang dalam meningkatkan pasar ekspor Indonesia, bukan hanya di negara-negara tradisional tetapi juga di pasar potensial lainnya. “Kita berharap dengan penyelesaian banyak perjanjian perdagangan kontribusi ekspor Indonesia terhadap PDB terus meningkat," katanya. 

Tema 'Recover Together, Recover Stronger' dinilai merupakan wujud nyata dari arahan dan visi Presiden Joko Widodo mengenai pentingnya kolaborasi secara internasional. Seperti diketahui, Indonesia terus menyuarakan pentingnya sinergi dan kolaborasi untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai macam masalah dunia. Dalam berbagai forum, Presiden menyuarakan hal tersebut, termasuk dalam upaya penanganan Covid-19.

Beberapa waktu yang lalu, Presiden Jokowi telah membentuk panitia nasional Presidensi Indonesia dalam G-20. Tim ini terus melakukan rapat-rapat persiapan baik dalam persiapan konten maupun tempat penyelenggaraan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement