Selasa 05 Apr 2022 13:44 WIB

Pelarangan Buku Meningkat di Perpustakaan AS

Asosiasi menemukan 729 penolakan mempengaruhi hampir 1.600 buku di sekolah

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
Ruang Baca Utama Rose dari Perpustakaan Umum New York pada 5 Oktober 2016. Laporan tentang pelarangan buku dan percobaan pelarangan buku, bersama dengan ancaman terhadap pustakawan, telah melonjak selama setahun terakhir.
Foto: AP Photo/Mark Lennihan
Ruang Baca Utama Rose dari Perpustakaan Umum New York pada 5 Oktober 2016. Laporan tentang pelarangan buku dan percobaan pelarangan buku, bersama dengan ancaman terhadap pustakawan, telah melonjak selama setahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Direktur Kantor Asosiasi Perpustakaan Amerika untuk Kebebasan Intelektual (ALA) Deborah Caldwell-Stone tidak pernah sesibuk saat ini. Dia menghadapi gugatan penolakan buku yang terus meningkat.

"Setahun yang lalu, kami mungkin menerima satu, mungkin dua laporan sehari tentang sebuah buku yang ditolak di perpustakaan. Dan biasanya panggilan itu untuk panduan tentang cara menangani penolakan atau untuk materi yang mendukung nilai karya ditolak," kata Caldwell-Stone.

Baca Juga

"Sekarang, kami mendapatkan tiga, empat, lima laporan sehari, banyak yang membutuhkan dukungan dan beberapa membutuhkan banyak dukungan. Kami terus berbicara di telepon,” katanya.

Laporan tentang pelarangan buku dan percobaan pelarangan buku, bersama dengan ancaman terhadap pustakawan, telah melonjak selama setahun terakhir. ALA telah memasukkan beberapa angka dalam Laporan Perpustakaan tahunan Negara Bagian Amerika, yang dirilis Senin (4/4/2022).

Asosiasi menemukan 729 penolakan mempengaruhi hampir 1.600 buku di sekolah umum dan perpustakaan pada 2021. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat angka 2020 dan tertinggi sejak ALA mulai menyusun penolakan lebih dari 20 tahun yang lalu.

Jumlah aktual untuk tahun lalu kemungkinan jauh lebih tinggi. ALA hanya mengumpulkan data melalui akun media dan melalui kasus-kasus yang dipelajarinya dari pustakawan dan pendidik serta anggota komunitas lainnya. Sedangkan penolakan yang tidak pernah dilaporkan oleh perpustakaan tidak disertakan.

Caldwell-Stone mengatakan, jumlah itu bisa bertambah lagi pada 2022. Dewan sekolah dan legislatif yang dipimpin konservatif memberlakukan lebih banyak pembatasan. Pekan lalu, legislatif Georgia meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan mempercepat proses penghapusan buku yang dianggap berbahaya bagi anak di bawah umur.

“Tidak ada yang akan mengejutkan saya,” kata Caldwell-Stone.

Terdapat dua buku paling ditolak dalam daftar 10 besar ALA telah sering menjadi berita, yaitu memoar grafis Maia Kobabe tentang identitas seksual //Gender Queer// dan //Lawn Boy// karya Jonathan Evison yang menceritakan seorang anak muda gay. Contoh saja tahun lalu di Virginia, Glenn Youngkin mendukung pelarangan dewan sekolah lokal dari dua buku  tersebut selama keberhasilannya mencalonkan diri sebagai gubernur. Sekitar waktu yang sama, Gubernur Carolina Selatan Henry McMaster mendukung keputusan dewan sekolah untuk menghapus //Gender Queer//.

Sedangkan judul buku lainnya yang ada didaftar ALA, hampir semua merujuk pada tema LGBTQ atau rasial, termasuk buku terlaris Angie Thomas berjudul //The Hate U Give//. Sedangkan dua karya lama yang telah ada dalam daftar sebelumnya juga muncul kembali, yaitu novel otobiografi Sherman Alexie //The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian// dan novel debut peraih Nobel Toni Morrison //The Bluest Eye//.

Asosiasi perpustakaan mendefinisikan "penolakan" sebagai pengaduan resmi dan tertulis yang diajukan ke perpustakaan atau sekolah yang meminta materi dihapus karena konten atau kelayakannya. ALA tidak menyimpan angka pasti berapa banyak buku yang benar-benar telah dihapus. Desember lalu, sebuah distrik sekolah di San Antonio, Texas, menarik ratusan buku perpustakaan untuk memastikan tidak ada materi cabul atau vulgar di dalamnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement