Rabu 29 Jun 2022 18:32 WIB

Hasil Survei Poltracking Indonesia di Jatim Cerminkan Calon Pemilih di Indonesia Timur

Program yang ditawarkan capres atau parpol disarankan tidak hanya Jawa sentris.

Red: Karta Raharja Ucu
Hasil survei Poltracking Indonesia.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Hasil survei Poltracking Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei politik yang dilakukan Poltracking Indonesia periode 16-22 Mei 2022 menyebutkan, PDIP merupakan parpol yang diminati (15 persen) oleh warga Jawa Timur (Jatim). Disusul PKB (14 persen) dan Partai Gerindra (9,8 persen). Sedangkan capres dikuasai Ganjar Pranowo (32,3 persen) Prabowo Subianto (15,9 persen), dan Anies Baswedan (12,8 persen).

Hasil survei yang dibuat Poltracking Indonesia menurut Dr. Phil. Sukri, PhD. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin sudah dilakukan secara objektif, lazim, dan menggunakan metodologi yang sudah baku dilakukan lembaga survei politik. Karena menggunakan dilakukan melalui mekanisme dan cara yang lazim, sehingga hasil survei politik Poltracking Indonesia di Jatim sudah mencerminkan kecenderungan umum masyarakat yang akan memilih di Pemilu 2024.

Sukri berkata, survei politik yang dilakukan Poltracking Indonesia juga menggambarkan preferensi masyarakat secara umum. Termasuk di wilayah Indonesia Timur. Jika parpol dan capres cawapres mau menang Indonesia Timur, mereka harus bisa mengakomodasi kepentingan masyarakat disana dengan mengakomodasi kepentingan masyarakat Indonesia Timur. Sehingga program yang ditawarkan tidak hanya Jawa sentris atau Indonesia bagian barat saja.

Namun menurut Sukri, hasil survei yang dilakukan Poltracking Indonesia bukanlah hasil akhir. Karena hasil survei hanya menggambarkan kecenderungan memilih masyarakat ketika survei dilakukan. Menjelang pileg dan pilpres 2024 berbagai dinamika mungkin terjadi. Bahkan dapat memutar balikan hasil survei yang selama ini ada.

Sekarang, kata Sukri, tinggal bagaimana parpol dan capres cawapres bekerja untuk mempertahankan preferensi masyarakat yang saat ini sudah baik. Menurut dia, jika parpol dan capres dan cawapres tidak bekerja untuk mempertahankan preferensi, maka hasilnya bisa menurun. "Sebab ada parpol dan kandidat lain yang akan merebut preferensi masyarakat," kata Sukri.

Ganjar dinilai Sukri masih cukup memenuhi preferensi memilih masyarakat Jatim. Preferensi memilih masyarakat Jatim memilih ke Ganjar dikarenakan ketokohan serta image positif yang selama ini ditunjukan. Sehingga ketika Poltracking Indonesia bertanya siapa tokoh yang layak jadi capres, maka nama Ganjar akan disebut sebagiabn besar responden masyarakat Jatim.

Menteri Erick Thohir kepopulerannya mampu bersaing di masyarakat Jatim dinilai Sukri karena kerjanya sebagai Menteri BUMN. Dengan jabatan dan kinerja di BUMN  yang kerap dipublikasikan di media maupun sosial media, menjadikan Erick sebagai top of mine di masyarakat Jatim.

"Wajar saja ketika masyarakat Jatim ditanya lembaga survei megenai cawapres ideal, maka yang mereka diingatkan dan tau adalah Erick Thohir. Karena Erick top of mine di masyarakat. Selain itu Erick yang terbilang pemimpin muda yang memiliki segudang prestasi dinilai mampu memikat masyarakat Jatim," kata Sukri.

Yang unik, Puan Maharani yang tidak dipilih masyarakat Jatim sebagai capres cawapres favorit. Sukri mengatakan sejatinya banyak masyarakat Jatim yang sudah mengenal Puan, baik itu sebagai cucu proklamator, ketua DPP PDIP dan ketua DPR RI. Namun ternyata kepopuleran tak cukup untuk membuat masyarakat Jatim memilihnya sebagai capres atau cawapres.

Beberapa lembaga survei politik masih menempatkan elektabilitas di bawah 5 persen. Dengan angka tersebut menurut Sukri, Puan masih harus banyak bekerja keras untuk meningkatkan citranya sehingga mampu memikat masyarakat agar memilihnya.

"Jika Puan ingin maju sebagai capres, ia harus bisa bekerja lebih giat lagi. Membuktikan kerja nyatanya buat rakyat agar preferensi masyarakat memilihnya bisa lebih tinggi lagi," kata Sukri.

Selain itu, menurut Sukri, Puan juga harus membentuk imagenya. Sebab masyarakat akan melihat image dan kerja nyata beliau sebagai salah satu preferensi mereka memilih di pemilu 2024. "Saat ini hasil survei membuktikan Puan masih belum cukup tinggi dibandingkan calon lainnya," kata Sukri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement