Update Gagal Ginjal Akut, Tingkat Kematian Capai 52 Persen

Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi temuan kasus gagal ginjal akut.

ANTARA FOTO/Ampelsaa
Dokter merawat pasien anak penderita gagal ginjal akut. Hingga Senin (31/10/2022) tercatat sudah ada 304 kasus gagal ginjal akut yang teridentifikasi di 27 Provinsi.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril menyampaikan data terkini kasus gangguan ginjal akut pada anak (GGPA). Hingga Senin (31/10/2022) tercatat sudah ada 304 kasus yang teridentifikasi di 27 Provinsi.

Baca Juga


Untuk fatality rate atau tingkat kematian kasus ini mencapai 52 persen. Golongan usia pasien didominasi dari bayi dengan usia di bawah lima tahun (balita).

"Sampai 31 Oktober kasus ada 304 orang. Kemudian dalam perawatan 46 kasus, meninggalnya ada 159 kasus atau 52 persen, dan sembuh 99 kasus," kata Syahril dalam Konferensi Pers secara daring Selasa (1/11/2022).

Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi temuan kasus dan kematian akibat GGAPA. Tercatat 74 kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta dengan 29 kematian.

Lebih lanjut Syahril merinci, berdasarkan sebaran kasus, kasus GGAPA terbanyak ditemukan pada usia 1-5 tahun yakni 173 kasus. Disusul 46 kasus pada anak usia kurang dari setahun, 43 kasus dari anak usia 6-10 tahun, dan 42 kasus pada anak usia 11-18 tahun.

"Berdasarkan jenis kelaminnya, 41 persen perempuan dan 59 persen laki-laki," kata dia.

Ia pun meminta kepada orang tua segera membawa buah hatinya ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat apabila mengalami gejala GGAPA. Salah satu gejala yang paling terlihat adalah penurunan volume buang air kecil (BAK).

Kewaspadaan patut dilakukan apabila anak berusia kurang dari 18 tahun mengalami gejala oliguria (air kencing sedikit) maupun anuria (tidak ada air kencing sama sekali).Orang tua juga harus memantau jumlah dan warna urine yang pekat atau kecoklatan pada anak. Ia menjelaskan, apabila urine berkurang atau berjumlah kurang dari 0,5ml/kgBB/jam dalam 6-12 jam atau tidak ada urine selama 6-8 jam, maka pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Kepada fasilitas kesehatan juga diminta melakukan pemeriksaan fungsi ginjal yakni ureum dan kreatinin. Apabila hasil fungsi ginjal menunjukkan adanya peningkatan, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, evaluasi kemungkinan etiologi dan komplikasi.

Diketahui, Kasus GGAPA terjadi setiap tahunnya. Namun demikian, jumlahnya kecil hanya 1-2 kasus setiap bulan. Kasus GGAPA baru menjadi perhatian pemerintah setelah terjadi lonjakan pada bulan Agustus dengan jumlah kasus lebih dari 35 kasus. Dugaan sementara, GGAPA terjadi akibat adanya cemaran senyawa kimia yakni etilen glikol dan dietilen glikol pada obat sirup .


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler