REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Bukhari tentu sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam. Dia adalah seorang perawi hadis yang kemudian menuliskannya hingga terciptalah kitab Shahih Bukhari. Bagaimana kehidupan masa kecil perawi bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Barduzbah Al-Ju'fi Al-Bukhari itu?
Ustaz Hanif Luthfi Lc, MA, dalam bukunya 'Biografi Imam Bukhari' menjelaskan, ayah Imam Bukhari wafat saat dirinya masih kecil. Ibunya pun merawat dan mendidiknya seorang diri dengan biaya pendidikan yang didapat dari harta peninggalan sang ayah.
Ayah Imam Bukhari bernama Ismail dan memang suka belajar tentang Hadis Nabawi. Ketika pergi haji pada tahun 179 H, atau 15 tahun sebelum Bukhari lahir, Ismail menyempatkan diri menemui tokoh-tokoh ahli hadis seperti Imam Malik bin Anas, Abdullah bin al-Mubarak, Abu Mu'awiyah bin Shalih, dan lain-lain.
Ismail mendengar hadis dari Malik bin Anas, melihat Hammad bin Zaid, dan bermushafahah dengan Ibnu al-Mubarak dengan kedua tangannya. Semangat ini kemudian diwariskan kepada putranya, Muhammad alias Imam Bukhari.
"Ismail wafat ketika Muhammad masih kanak-kanak. Sebuah perpustakaan pribadi ditinggalkannya untuk Muhammad di samping semangat untuk mengaji hadis. Dalam keadaan yatim, Muhammad lalu diasuh oleh ibundanya dengan kasih sayang. Dibimbingnya untuk mencintai buku-buku peninggalan ayahnya," jelas Hanif.
Sewaktu kecil, Imam Bukhari bersama kawan-kawan sebayanya belajar membaca, menulis, mempelajari Alquran dan hadis. Bahkan saking giatnya belajar, Imam Bukhari di masa kecilnya sempat mengalami kebutaan. "Dia mengalami rasa sakit yang teramat di kedua matanya, hingga akhirnya mengalami kebutaan," terangnya.
Sampai suatu ketika Allah SWT mengembalikan penglihatan Imam Bukhari karena usaha yang dilakukan oleh sang ibunda. Imam Bukhari pun sembuh total dari kebutaannya. Setelah kesembuhan itu, ibunda Imam Bukhari saat tidur sempat bermimpi melihat Nabi Ibrahim.
Dalam mimpinya Nabi Ibrahim berkata, "Wahai perempuan, sungguh Allah SWT telah mengembalikan penglihatan putramu, karena banyaknya tangisanmu, atau banyaknya doa yang kamu panjatkan."