Sabtu 29 Jan 2022 22:36 WIB

Vaksin mRNA akan Digunakan Obati Kanker, HIV, Hingga Autoimun

Vaksin mRNA awalnya tidak berkembang dengan baik.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Vaksin mRNA awalnya tidak berkembang dengan baik.
Foto: EPA-EFE/BIONTECH SE
Vaksin mRNA awalnya tidak berkembang dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua vaksin virus corona paling sukses yang dikembangkan di AS, seperti vaksin Pfizer dan Moderna, saat ini merupakan vaksin mRNA. Gagasan menggunakan materi genetik untuk menghasilkan respons imun telah membuka dunia penelitian dan potensi penggunaan medis yang jauh dari jangkauan vaksin tradisional. 

Deborah Fuller, ahli mikrobiologi di University of Washington yang telah mempelajari vaksin genetik selama lebih dari 20 tahun, menjelaskan tentang masa depan vaksin mRNA dalam podcast mingguannya, The Conversation. Berikut rangkuman percakapannya, seperti dilansir dari Pbs.org, Sabtu (29/1/2022).

Baca Juga

 

Berapa lama vaksin berbasis gen telah dikembangkan?

Jenis vaksin ini telah bekerja selama sekitar 30 tahun. Vaksin asam nukleat didasarkan pada gagasan bahwa DNA membuat RNA dan kemudian RNA membuat protein. 

Vaksin mRNA pada awalnya tidak bekerja dengan baik. Tetapi sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, vaksin mRNA mulai memimpin. Para peneliti memecahkan banyak masalah terutama ketidakstabilan dan menemukan teknologi baru untuk mengirimkan mRNA ke dalam sel dan cara memodifikasi urutan pengkodean untuk membuat vaksin lebih aman digunakan pada manusia.

Setelah masalah tersebut diselesaikan, teknologi benar-benar siap menjadi alat revolusioner untuk kedokteran. Hal ini termasuk saat Covid-19 melanda.

 

Apa yang membuat vaksin asam nukleat berbeda dari vaksin tradisional?

Kebanyakan vaksin menginduksi respons antibodi. Penemuan ini benar-benar mendorong pemikiran tambahan tentang bagaimana para peneliti dapat menggunakan vaksin asam nukleat tidak hanya untuk penyakit menular, tetapi juga untuk imunoterapi guna mengobati kanker dan penyakit menular kronis, seperti HIV, hepatitis B dan herpes. Selain itu untuk gangguan autoimun dan bahkan juga terapi gen. 

 

Bagaimana vaksin dapat mengobati kanker atau penyakit menular kronis?

Respon sel T sangat penting untuk mengidentifikasi sel yang terinfeksi penyakit kronis dan sel kanker yang menyimpang. Itu juga memainkan peran besar dalam menghilangkan sel-sel ini dari tubuh.

Ketika sel menjadi kanker, maka mulai memproduksi neoantigen. Dalam kasus normal, sistem kekebalan mendeteksi neoantigen ini, mengenali bahwa ada sesuatu yang salah dengan sel dan menghilangkannya. 

Dengan vaksin mRNA atau DNA, tujuannya untuk membuat tubuh lebih mampu mengenali neoantigen yang sangat spesifik yang telah dihasilkan sel kanker. Jika sistem kekebalan dapat mengenali dan melihatnya dengan lebih baik, itu akan menyerang sel kanker dan menghilangkannya dari tubuh.

 

Bagaimana status vaksin ini?

Beberapa uji klinis pertama vaksin asam nukleat terjadi pada 1990-an dan ditujukan untuk kanker, terutama untuk melanoma.

Saat ini, ada sejumlah uji klinis mRNA yang sedang berlangsung untuk pengobatan melanoma, kanker prostat, kanker ovarium, kanker payudara, leukemia, glioblastoma, dan lainnya. Ada pula beberapa hasil yang menjanjikan. 

Moderna baru-baru ini mengumumkan hasil yang menjanjikan dengan uji coba fase 1 menggunakan mRNA untuk mengobati tumor padat dan limfoma. Sebuah perusahaan bernama Inovio juga menunjukkan dampak signifikan terhadap kanker serviks yang disebabkan oleh virus papiloma manusia pada wanita menggunakan vaksin DNA.

 

Bisakah vaksin asam nukleat mengobati gangguan autoimun?

Baru-baru ini, para peneliti menciptakan vaksin mRNA yang mengkode protein myelin dengan instruksi genetik yang sedikit diubah untuk mencegahnya merangsang respons imun. Alih-alih mengaktifkan sel T normal yang meningkatkan respons imun, vaksin menyebabkan tubuh memproduksi sel pengatur T yang secara khusus hanya menekan sel T yang menyerang mielin.

 

Adakah aplikasi lain dari teknologi vaksin baru?

Aplikasi terakhir sebenarnya adalah salah satu hal pertama yang dipikirkan para peneliti tentang penggunaan vaksin DNA dan mRNA untuk terapi gen. 

Contoh yang bagus dari hal ini adalah cystic fibrosis, penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi pada satu gen. Penelitian telah menunjukkan bahwa konsep ini layak, tetapi masih membutuhkan beberapa pekerjaan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement