REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tubuh memerlukan selenium untuk membantu sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik, serta mendukung reproduksi. Seseorang bisa memenuhi kebutuhan selenium hariannya dengan menyantap makanan yang bervariasi dan seimbang, namun tidak demikian dengan suplemen selenium.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa suplemen selenium yang populer telah dikaitkan dengan risiko perkembangan kanker prostat. Itu sebabnya lebih disarankan mendapatkan selenium dari makanan alami daripada suplemen yang tidak sepenuhnya murni.
"Beberapa percobaan melaporkan insiden kanker prostat tingkat tinggi dan diabetes tipe dua yang lebih tinggi pada orang yang mengonsumsi suplemen selenium," ujar Cancer Research UK, dikutip dari laman Express, Selasa (26/7/2022).
Berkebalikan dari itu, studi lain justru menjumpai sebaliknya. Metaanalisis yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports menyimpulkan bahwa paparan selenium tinggi mungkin memiliki efek berbeda pada jenis kanker tertentu.
"Selenium menurunkan risiko kanker payudara, kanker paru-paru, kanker esofagus, kanker lambung dan kanker prostat, tetapi tidak terkait dengan kanker kolorektal, kanker kandung kemih, dan kanker kulit," kata peneliti.