Selasa 17 Oct 2023 13:39 WIB

Studi: Krisis Pangan 50 Tahun Mendatang Akibat Perubahan Iklim Bisa Picu Kerusuhan Sipil

Hampir 80 persen ahli menyatakan kerusuhan sipil memungkinkan terjadi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Para ahli menyebutkan kerusuhan sipil memungkinkan terjadi akibat krisis pangan yang disebabkan perubahan iklim.
Foto: www.freepik.com
Para ahli menyebutkan kerusuhan sipil memungkinkan terjadi akibat krisis pangan yang disebabkan perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menemukan bahwa kekurangan pangan yang disebabkan oleh peristiwa cuaca ekstrem berpotensi menyebabkan kerusuhan sipil di Inggris. Kekurangan karbohidrat pokok, seperti gandum, roti, pasta, dan sereal tampaknya merupakan pemicu yang paling mungkin dari kerusuhan tersebut.

Temuan itu merupakan hasil dari survei yang melibatkan 58 pakar pangan terkemuka di Inggris, mencakup akademisi, pemegang kebijakan, organisasi nirlaba, serta pebisnis.

Baca Juga

“Sistem pangan Inggris tampaknya sangat rentan terhadap gangguan yang signifikan. Kerentanan ini sebagian disebabkan oleh efisiensi sistem pangan yang mengorbankan ketahanan pangan serta ketergantungan yang besar pada tenaga kerja musiman dan praktik-praktik seperti rantai pasokan ‘just in time’, di mana produk harus dikirim tepat saat dibutuhkan,” kata salah satu penulis studi sekaligus Profesor Pangan, Iklim dan Masyarakat di University of York, Sarah Bridle.

Dalam studi ini, peneliti meminta para ahli pangan untuk menilai kemungkinan skenario yang terjadi di Inggris, jika lebih dari 30 ribu orang mengalami cedera akibat kekerasan selama satu tahun melalui peristiwa seperti demonstrasi atau penjarahan dengan kekerasan.

Lebih dari 40 persen para ahli mengatakan bahwa mereka berpikir skenario seperti itu mungkin atau lebih mungkin terjadi dalam sepuluh tahun ke depan. Dalam kurun waktu 50 tahun, hampir 80 persen para ahli percaya bahwa kerusuhan sipil mungkin saja terjadi, lebih mungkin daripada tidak, atau "sangat mungkin".

Para ahli kemudian ditanya tentang potensi penyebab gangguan sistem pangan yang akan menyebabkan kerusuhan. Hasilnya, menunjukkan bahwa sebagian besar ahli (80 persen) berpendapat bahwa dalam 10 tahun ke depan, masalah distribusi logistik yang menyebabkan kelangkaan adalah penyebab paling mungkin dari kerusuhan sipil terkait pangan.

“Namun, ketika mempertimbangkan jangka waktu 50 tahun, 57 persen ahli mengatakan bahwa pasokan makanan yang tidak mencukupi untuk menopang populasi Inggris akan menjadi penyebab yang paling mungkin terjadi, yang berpotensi disebabkan oleh peristiwa seperti kegagalan panen yang dahsyat,” kata Aled Jones, peneliti studi yang juga Profesor & Direktur Global Sustainability Institute di Anglia Ruskin University.

Cuaca ekstrem termasuk badai, banjir, salju, dan kekeringan, dipilih sebagai penyebab utama kekurangan pasokan pangan pada masa depan dan masalah distribusi dalam jangka waktu sepuluh dan 50 tahun.

Menurut Bridle dan Jones, saat ini ketahanan pangan di Inggris sudah berada dalam posisi terancam. Pasalnya, kurang dari setengah dari seluruh pasokan makanan di Inggris diimpor, termasuk 80 persen buah, 50 persen sayuran, dan 20 persen daging sapi dan unggas.

“Jadi, setiap gangguan terhadap impor dan rantai pasokan dapat berdampak signifikan terhadap ketersediaan pangan di Inggris. Penurunan ketersediaan pangan dapat menyebabkan kenaikan harga dan, berpotensi menimbulkan keresahan sosial,” ujar para peneliti.

Peristiwa cuaca ekstrem juga semakin sering terjadi. Banyak dari peristiwa ini disebabkan oleh perubahan iklim. Sangat mungkin bahwa cuaca ekstrem akan menyebabkan kegagalan panen besar-besaran di berbagai negara lumbung pangan dalam beberapa dekade mendatang.

“Skenario ini tidak mengada-ada. Kita telah menyaksikan banyak contoh guncangan besar terhadap produksi pangan dalam beberapa dekade terakhir,” kata Jones seperti dilansir Science Alert, Selasa (17/10/2023).

Salah satu contoh penting, pada tahun 2007, terjadi penurunan produksi sereal global sebesar 8 persen akibat kekeringan, banjir, dan gelombang panas di Australia, India, dan Amerika Serikat. Kejadian-kejadian ini, dikombinasikan dengan rendahnya stok sereal global, spekulasi keuangan, dan harga pupuk yang tinggi, mengakibatkan harga sereal naik lebih dari dua kali lipat. Krisis ini memicu kerusuhan pangan di lebih dari 30 negara.

Untuk mengurangi risiko kerusuhan sipil yang terjadi di Inggris sebagai akibat dari kekurangan pangan, sangat penting untuk mengatasi kerentanan pangan. Dengan memastikan bahwa masyarakat dapat mengakses dan membeli makanan yang tersedia, kepercayaan dapat dibangun di antara masyarakat, pemerintah, dan rantai pasokan makanan dari waktu ke waktu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement