KABUL--Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang secara rahasia mengunjungi Afghanistan mengajuka kritik atas pemerintahan presiden Afganistan, Hamid Karzaid. Namun, kunjungannya yang baru diberitakan setelah ia sampai di sana juga mengapresiasi upaya yang telah dilaksanakan oleh Presiden Karzai.
Ia meminta pertanggungjawaban dari pihak berwenang Afghanistan untuk memperbaiki kondisi masyarakat, memberantas korupsi dan menegakkan aturan hukum untuk mencegah orang bergabung dengan para pemberontak.
"Pengabdian Anda mutlak diperlukan, pentng bagi keamanan dana keselamatan (tentara) AS," ujar Presiden Obama di hadapan sekitar 2.500 pasukan dan warga sipil di Lapangan Udara Bagram di utara Kabul.
"Keluarga mereka bergantung pada Anda agar orang tercinta mereka dapat kembali ke rumah dengan selamat," tambahnya.
Kunjungan itu adalah perjalanan pertama Obama sebagai presiden ke Afghanistan, dengan jumlah pasukan AS yang terbunuh dalam tiga bulan pertama tahun ini mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Washington telah mengirim puluhan ribu tentara tambahan untuk mendesak Taliban. Bahkan Presiden Karzai baru diberitahu satu jam sebelum Obama tiba di Afghanistan.
Di hadapan pasukan AS, Obama berusaha membesarkan hati mereka dan mengingatkan untuk apa mereka berada di medan perang. "Kami tidak memilih perang ini, namun kita akan membongkar dan menghancurkan al Qaidah dan para ekstrimis sekutunya," ujarnya.
Presiden Obama hanya berangkat dengan serombongan kecil stafnya dan sedikit wartawan, mereka berangkat dari tempat peristirahatan presiden di Camp David.
Obama tiba di Kabul hanya dua hari setelah pesan ancaman baru dari pemimpin al Qaidah Usamah bin Laden yang diyakini bersembunyi di sepanjang perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan.
Usai pertemuan dengan Presiden karzai, Obama mengatakan dia berbesar hati atas kemajuan dalam mengatasi perlawanan di Afghanistan namun Obama menekankan pemerintah perlu bekerja lebih keras guna meningkatkan tata pemerintahan dan mengurangi penyelundupan narkotika. (wulan tunjung palupi/AP)