REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir, mengingatkan kepada seluruh relawan, media, dan pejabat pemerintahan di Indonesia agar tidak berangkat ke Jalur Gaza tanpa izin resmi pemerintah Mesir. Otoritas keamanan di perbatasan Rafah, satu-satunya akses ke Jalur Gaza-Palestina di luar wilayah kekuasaan Israel, akan menghalau balik semua orang yang tak punya izin resmi.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Kairo, Abdurrahman Mochammad Fachir, mengatakan visa masuk yang dikeluarkan Kedutaan Besar Mesir di Jakarta bukanlah jaminan seseorang dapat masuk ke Jalur Gaza. ''Visa hanya bisa dipergunakan untuk masuk Mesir, bukan Gaza. Karenanya bagi mereka yang ingin ke Gaza sebaiknya menunggu greenline dulu,'' imbau Fachir kepada Republika, di Kairo, Kamis (15/7).
Greenline yang dimaksud Fachir adalah izin resmi dari State Security Mesir sebagai pemegang otoritas di pintu perbatasan Rafah. Izin resmi dikeluarkan State Security setelah lebih dulu ada pengajuan permohonan izin masuk ke Jalur Gaza. Namun untuk mendapatkan izin dari State Security bukanlah perkara mudah.
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan mereka sebelum memutuskan memberi izin atau tidak. ''Nah, wilayah ini bukan otoritas KBRI, kita tidak bisa memastikan kapan dan berapa lama keluar keputusan itu. Tapi selaku perwakilan pemerintah tentu fasilitasi administratif pasti kami lakukan dengan optimal,'' papar Fachir.
Saat ini, sudah ada 20 relawan dan utusan media dari Indonesia yang sudah berada di Mesir. Dari 20 orang tersebut, kata Fachir, hanya lima orang yang sudah mendapatkan greenline dari State Security. Kelimanya adalah relawan dari Medical Emergency Rescue Committe (Mer-C), yaitu Jose Rizal Jurnalis, Abdillah, Farid Thalib, dr Arief Rahman, dan Nur Ikhwan.
Mer-C mengirim 10 utusannya termasuk empat orang dari media, yaitu Metro TV (dua orang), TV One, dan Majalah Sabili. Empat jurnalis beserta seorang relawan Mer-C, Muhammad, sampai saat ini belum mendapatkan izin masuk ke Jalur Gaza. Nasib yang sama juga dialami relawan dari Bulan Sabit Merah Indonesia (empat orang), Aksi Cepat Tanggap/ACT (dua orang), dan Dompet Dhuafa Republika (empat orang)..