REPUBLIKA.CO.ID,KABUL--Seorang anggota pasukan keamanan pemerintah menewaskan dua anggota pasukan asing pimpinan NATO pada Selasa di pos di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan utara, kata sumber di propinsi itu.Juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan Pertahanan Atlantik utara (NATO) menyatakan pihaknya mengetahui kejadian itu, tapi belum dapat merinci.
Bukan pertama anggota pasukan keamanan Afghanistan membunuh pasukan asing. Seorang pembelot tentara Afghanistan menewaskan tiga tentara Gurkha Inggris dalam ronda bersama pada pertengahan Juli di Helmand, propinsi di bagian selatan negeri itu.
Lima tentara Inggris tewas dan enam luka sesudah seorang polisi Afghanistan menembaki mereka di sebuah pemeriksaan di Helmand pada November 2009. Sebulan kemudian, seorang tentara Afghanistan menembak mati satu tentara Amerika Serikat dan melukai dua tentara Italia di pangkalan bersama NATO dan Afghanistan di Badghis, Afghanistan baratlaut.
Terjadi beberapa serangan lain oleh orang berseragam tentara dan polisi terhadap pasukan pemerintah dan asing. Kematian itu menjadikan 382 jumlah tentara asing tewas dalam perang Afghanistan sepanjang tahun ini, kata hitungan kantor berita Prancis AFP.
Pada 2009, 520 tentara kehilangan nyawa dalam melawan perjuangan itu, yang mejadikannya tahun paling mematikan bagi pasukan asing, yang memerangi pejuang Taliban dan sekutunya di negara terkoyak perang tersebut.Kekerasan terbaru itu terjadi saat pemerintah Afghanistan bersiap menuanrumahi muktamar akbar pada Selasa di Kabul, tempat Presiden Hamid Karzai diperkirakan mengumumkan tenggat 2014 untuk pasukan dalam negeri mengambil alih keamanan negara.
NATO dan Amerika Serikat memiliki 143.000 tentara di Afghanistan, yang dijadwalkan berpuncak pada 150.000 dalam beberapa pekan mendatang, saat mereka menumpas perlawanan ke kubu pejuang di selatan dalam upaya mempercepat pengahiran perang. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung. NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasihat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah.
Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat "tanpa sengaja" mendukung panglima perang.
Kongres Amerika Serikat pada ahir Juni menyatakan siasat perang Afghanistan dirusak pembayaran jutaan dolar (miliaran rupiah) kepada panglima perang untuk mengawal iringan pasokan ke lebih dari 200 pangkalan tentara Amerika Serikat di seluruh negeri tersebut.
Penyelidikan itu, berjudul "Warlord, Inc" (Perusahaan Panglima), menemukan bahwa kesepakatan 2,16 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar 21,6 triliun rupiah) untuk truk perbekalan ke pangkalan Amerika Serikat memicu kepanglimaan, pemerasan, dan korupsi serta mungkin menjadi sumber dana penting bagi pejuang.