Jumat 06 Aug 2010 19:41 WIB

Mantan Tangan Kanan Saddam Buka Mulut soal Invasi AS

Tariq Aziz
Foto: Guardian
Tariq Aziz

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD--Bila banyak pihak girang dengan keputusan Amerika Serikat bakal mulai hengkang dari Irak Agustus ini, tidak demikian dengan mantan tangan kanan Saddam Hussein di Partai Ba'ath, Tariq Aziz. Menurutnya, AS harus meneruskan okupasi sampai Irak betul-betul menjadi negara yang aman dan pulih seperti sebelumnya.

"Mereka tak bisa pergi begitu saja seperti ini. Jika itu mereka lakukan, maka Inggris dan Amerika tak ubahnya seperti serigala," ujarnya. "Ketika Anda melakukan kesalahan, maka Anda harus melakukan langkah memperbaiki kesalahan. Bukan melarikan diri seperti itu."

Aziz diwawancara pertama kali sejak jatuhnya Irak oleh Guardian. Dalam wawancara itu, ia menyebut sejak awal, invasi ke Irak sudah penuh dengan tipu muslihat dan kebohongan. "Kami adalah korban nyata Inggris dan Amerika. Selama 30 tahun kami susah payah membangun negeri, semua hancur dalam sekejap mata," ujarnya.

Menurutnya, turut mengawal Irak selama 12 tahun dalam sanksi hingga ke invasi Irak pada tahun 2003, dia mengaku paham betul semua rahasia rezim Saddam,  termasuk bahwa tidak ada program senjata rahasia, apalagi bom nuklir.

Dia mengatakan bahwa ia dan Saddam yakin bahwa AS akan menyerang dengan akhir tahun 2002, dan tugasnya mengawal inspektur PBB di Irak sebagian kesia-siaan semata. "Saya mencoba untuk membuktikannya negatif, karena kenyataannya memang begitu."

Aziz mengatakan peristiwa Tragedi 11 September 2001 sangat  mengejutkan baginya dan Saddam. "Kami menentang semua itu, tapi kami tidak berbicara kepada pemerintah Amerika Serikat tentang hal itu. Sadam Hussein menelepon saya dan mengatakan dia ingin saya untuk menulis surat kepada Ramsey [Clark, seorang mantan pengacara ternama AS) dan mengatakan bahwa kita mengutuk serangan. Aku melakukan itu. "

Tapi dia tidak menyangka bahwa hari itu akan menyebabkan jatuhnya Baghdad 18 bulan kemudian.

Menurutnya, ada agenda lebih besar dengan invasi ke Irak oleh Inggris dan Amerika. "Bush (George W Bush, presiden AS saat itu) dan Blair (Tony Blair, mantan perdana menteri Inggris) berbohong. Mereka pro-Zionis. Mereka ingin menghancurkan Irak demi Israel, bukan untuk kepentingan AS dan Inggris."

Dalam wawancara dengan Guardian itu, ia menolak untuk bercerita lebih banyak tentang mantan bosnya, Saddam Hussein. "Aku tidak akan berbicara menentang Saddam sampai aku menjadi orang bebas," kata Aziz.

Selain dari para penculiknya dan pengacara, Aziz, mengatakan dia tidak melihat atau berbicara dengan orang asing sejak jatuhnya Baghdad. "Sudah tujuh tahun dan empat bulan aku telah di penjara," katanya kepada Guardian. "Tapi apakah aku melakukan kejahatan terhadap sipil, militer, atau kejahatan agama sekalipun, semua tak pernah jelas."

Aziz menjalani hukuman 15 tahun untuk dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan.

sumber : Guardian
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement