REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD--Lebih dari sejuta orang terlantar di Sindh selama 48 jam ketika bencana banjir terus meluas di seluruh Pakistan selatan, menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Jumat. PBB sebelumnya mengatakan, bahwa sekitar enam juta penduduk terpaksa meninggalkan rumah mereka karena banjir yang telah dimulai sejak hampir sebulan lalu. "Keprihatinan terus berlangsung di wilayah selatan," kata juru bicara PBB, Stacey Winston, dalam konferensi pers.
"Dalam tempo 48 jam terakhir hampir sejuta orang telah terlantar," katanya menambahkan. Pakistan sebelumnya memerintahkan pengosongan sebuah kota di daerah selatan setelah sungai Indus meluap, hampir sebulan setelah banjir pertama menghantam negara itu, kata seorang pejabat, Jumat.
Air mulai surut di sebagian besar negara itu sementara air mengalir ke muara Indus, tetapi karena gelombang tinggi di Laut Arab, banjir bisa mengancam kota-kota seperti Thatta, 70km timur Karachi, di delta sungai itu.
Banjir menewaskan hampir 1.600 orang, dan memaksa sekitar enam juta orang meninggalkan rumah-rumah mereka dan menimbulkan bahaya wabah penyakit karena tidak adanya makanan segar dan air bersih. "Ada tanggul bobol Kamis malam letaknya sangat dekat dengan Thatta dan pihak berwenang memerintahkan pengosongan seluruh kota itu,"kata Riaz Ahmed Soomro, komisioner pertolongan kemanusiaan di provinsi Sndh, Pakistan selatan kepada Reuters.
Banyak orang dari daerah-daerah pinggiran mengungsi di Thatta, yang biasanya berpeduduk sekitar 300.000 jiwa, dan kini kembali pindah, katanya. Tidak ada ancaman pada kota bisnis Karachi di selatan. "Mereka kini memiliki jumlah pengungsi dua kali lipat. Penduduk pindah ke distrik-distrik Karachi, Hyderabad dan Badin,"kata Soomro.
Banyak orang yang telah meninggalkan kota itu tetapi puluhan ribu mengungsi dan pemerintah menyediakan transpor untuk membawa mereka ke luar dari kota itu, katanya.