REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN-- Sejumlah keluarga teroris mulai berdatangan untuk melihat kebenaran kerabatnya yang dirawat dan tewas di Medan. Namun, petugas masih belum membolehkan mereka bertemu. Ari (28) sepupu kandung Fero, salah seorang tersangka yang dirawat di RS Bhayangkara, bingung karena keberadaan
Fero tidak diketahui dimana. Upaya mencari informasi ke polisi sudah dilakukan, namun tidak ada keterangan tentang lokasi penahanan Fero. "Kita semua bingung. Sudah dicari ke Polda, tapi informasinya tidak ada di sana. Keluarga ingin menemuinya, ingin tahu keberadaannya. Tidak ada informasi apapun yang kita peroleh, atau yang diberikan polisi kepada keluarga soal penangkapan itu," kata Ari, Selasa (21/9).
Dia menyatakan, mereka hanya mengandalkan informasi yang dipublikasikan media tentang Fero yang diinisialkan sebagai FRA alias P, penduduk Bengkalis. Para keluarga tersangka umumnya kaget dengan penetapan anggota keluarga sebagai tersangka teroris dan tersangkut dalam kasus perampokan CIMB Niaga pada 18 Agustus 2010 lalu.
"Fero bekerja sambilan di warnet ini, sebagai tenaga pengganti kalau operator ada yang tidak masuk. Sekadar untuk menambah uang jajan dan ongkos untuk kuliah," ujar Ari sambil menyatakan Fero kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumut sejak tahun 1996.
Keluarga tidak yakin Fero terlibat dalam kasus terorisme. Selama ini Fero menunjukkan aktivitas yang biasa saja. Saat kejadian perampokan CIMB Niaga, Fero juga sedang berada di rumah, jadi sudah pasti tidak terlibat sama sekali. Sebab itu, mereka mendesak segera memberikan informasi kepada keluarga tentang keberadaannya.
Fero ditangkap Densus 88 dari Warnet Kendali Net, Jl. Marelan Raya, Medan Marelan. Selain Fero, dari warnet itu Densus juga mengamankan Dicky Ilfian Alidin (25) penduduk Desa Perdamaian, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumut. Fero dan Dicky merupakan operator di warnet tersebut. Pasca penangkapan itu, warnet tetap beroperasi seperti biasa.
Sementara, dua rumah yang digrebek petugas Densus di Belawan dan Hamparan Perak, Deli Serdang, Ahad (19/9), menjadi tontonan masyarakat. Kedua rumah sewaan itu tidak dipasang police line, sehingga masyarakat bebas untuk masuk dan melihat sisa-sisa penggerebekan yang mengejutkan itu. Umumnya masyarakat di sekitar tidak menyangka kalau rumah itu selama ini didiami oleh tersangka teroris yang tengah dicari.