Selasa 26 Oct 2010 03:34 WIB

Jalur Evakuasi Merapi Dipadati Truk Pengangkut Pasir

Rep: my1/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,KLATEN--Jalur evakuasi dari Desa Sidorejo dan Tegalmulyo menuju lokasi pengungsian di Desa Dompol, Kecamatan Kemalang, Klaten dipadati ratusan truk yang mengangkut pasir. Jumlah truk yang mengangkut pasir di jalur tersebut pun bertambah menyusul ditutupnya penambangan pasir di Kali Gendol, Cangkringan, Sleman sejak Jumat (23/10) lalu.

Padatnya arus kendaraan tersebut dapat menghambat proses evakuasi. Hal ini lantaran kendaraan bervolume besar tersebut berlalu-lalang dari dua arah, dari dan ke puncak Gunung Merapi. Padahal, jalur sepanjang 3,5 kilometer tersebut sebagian besar telah mengalami kerusakan parah.

Dari pantauan Republika Senin (25/10), dilihat dari nomor polisinya, truk yang memadati jalan tersebut juga berasal dari Yogyakarta dan Magelang. Mendekati pos retribusi pajak Galian C, di Dusun Mipitan, Desa Somokaton, Kecamatan Karangnongko, terjadi penumpukan truk yang antri untuk membayar. Warga sekitar yang melintas dengan sepeda motor di jalan tersebut terpaksa harus berebut badan jalan.

Kepala Desa Dompol, Kecamatan Kemalang, Kuntadi mengungkapkan meskipun belum melakukan perhitungan cermat, setidaknya selama dua hari terakhir terjadi penambahan jumlah truk pengangkut pasir yang melintasi wilayahnya. Dia memprediksi hal ini terjadi menyusul ditutupnya penambangan pasir di Kali Gendol, Sleman. “Saya lihat memang ada penambahan, karena truk yang berlalu-lalang semakin ramai, “ ujarnya kepada wartawan di kantornya, Senin.

Diakuinya, truk tersebut hanya ramai ketika siang hari. “Aturannya memang, penambangan hanya diperkenankan selama duabelas jam, “ ujarnya. Kehadiran truk-truk tersebut dinilainya dapat menghambat proses evakuasi warga ke lokasi pengungsian yang berada 12 km dari puncak Merapi.

Dengan bertambahnya jumlah truk pengangkut pasir tersebut, diakui Kuntadi memberikan keuntungan bagi wilayahnya. Hal ini lantaran setiap truk galian C yang melintas diharuskan membayar Rp 10.000 sesuai peraturan daerah. “Keuntungan kami memang dapat pemasukan dari retribusi tapi jalan juga semakin rusak, “ ungkapnya.

Salah satu petugas di Pos retribusi Mipitan yang enggan disebut namanya mengakui jalur evakuasi tersebut masih ramai meskipun status Gunung Merapi sudah berstatus awas. Disebutkannya, dalam sehari jalur tersebut dilewati hingga 400 truk. “Satu truk saja dalam sehari bisa bolak-balik hingga tiga kali sehingga jalan di sini memang padat, “ ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement