REPUBLIKA.CO.ID,BOYOLALI--Ribuan pengungsi warga lereng gunung memadati tempat pengungsian akhir (TPA) di Desa Samiran, Kacematan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu dini hari, menyusul Merapi yang mengeluarkan awan panas secara eksplosif. Ribuan pengungsi dari Desa Jrakah, Klakah, dan Lencoh tersebut menempati TPA di Barak Lapangan Samiran, Aula Kecamatan, masjid, dan gedung disdik setempat.
Menurut Koordinator Tim SAR Barameru Selo, Samsuri, letusan merapi tersebut terdengar sangat dasyat dari pos penjagaan pendakian, Dusun Plalangan, Desa Lencoh. Api membumbung tinggi ke segala arah. "Letusan Merapi terjadi sekitar pukul 00.45 WIB terlihat jelas dari Desa Lencoh, sehingga tanda bahaya sirine langsung terdengar dan warga berlarian menyelamatkan diri ke tempat yang aman," kata Samsuri.
Para mengungsi tersebut, kata dia, datang dari sejumlah desa di antaranya, Lencoh, Klakah, dan Jrakah. Setelah letusan itu, warga sekitar menjadi kalah kabut melarikan diri ke tempat yang aman. "Titik api Merapi ke arah atas sehingga ada yang menuju ke sisi utara atau Selo, Boyolali," katanya.
Menurut dia, desa-desa sekitar lereng Merapi di wilayah Selo saat ini dalam kondisi lengang kosong ditinggalkan warganya mengungsi ke pusat Kecamatan Selo. Menurut Samsuri, akibat semburan awan panas Merapi tersebut belum dilaporkan adanya korban jiwa, tetapi Tim SAR akan menyisir lokasi jika kondisinya sudah aman.
Sementara pengungsian juga terjadi di Kantor Kabupaten Boyolali yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari puncak Merapi. Para mengungsi yang memadati Kantor Pemkab tersebut sebagian besar warga dari Wonodoyo, Kecamatan Cepogo.
Yuli warga Boyolali menjelaskan, pengungsi warga Cepogo sudah memenuhi Kantor Pemkab, sehingga sejumlah jajaran Muspida setempat sibuk mempersiapkan kebutuhan pengungsi akibat bencana Merapi.
"Pengungsi kini menempati di pendopo Pemkab," katanya.