REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN--Pernyataan Paus Benediktus XVI yang membolehkan penggunaan kondom guna mencegah penyebaran HIV mengundang penolakan dikalangan konservatif Katolik. Sejumlah gereja Ortodoks memang menerima titah Paus. Akantetapi tak sedikit yang menolak atau bahkan meragukan juru bicara VatiKan, Federico Lombardi dalam menerjemahkan pesan Paus. "Ini gila," papar Presiden National Catholic Bioethics Center, Philadelphia, AS. Dirinya mengaku tidak siap dengan apa yang dikatakan Paus dan juga Lombardi.
Sebelumnya, kalangan konservatif juga dikejutkan dengan pernyataan Paus dalam bukunya "Light of the World: The Pope, the Church and the Signs of the Times'. Dalam buku itu Paus membolehkan penggunaan kondom di kalangan pelaku prostitusi. Paus berpendapat, bagi pekerja seks komersial laki-laki, penggunaan kondom bisa menjadi langkah dalam memikul tanggung jawab moral karena tujuannya untuk mengurangi resiko infeksi.
Selasa lalu, dalam konfrensi pers di Roma, Lombardi menjelaskan Paus sadar kalau pernyataannya itu memicu perdebatan sengit. Lombardi mengatakan Paus tidak membolehkan penggunaan kondom pada pekerje seks komersial laki-laki saja tetapi juga seorang pria, wanita atau transeksual. " Paus tidak menyarankan menggunakan kondom sebagai kontrol kelahiran, seperrti yang diputuskan Gereja Katolik Roma, dan dia juga mengatakan kondom itu bukan "solusi nyata atau moral" untuk krisis AIDS," kata Lombardi. Namun, ibarat nasi telah menjadi bubur, perdebatan panjang tengah berlangsung antara teolog dan pejabat gereja atas moralitas penggunaan kondom untuk pencegahan penyakit.
Jenn Giroux, Direktur Eksekutif Human Life International Amerika, yang mempromosikan ajaran Katolik tentang kontrasepsi, aborsi dan isu-isu moral lainnya, mengatakan Vatikan perlu mengklarifikasi pernyataan Paus lebih lanjut. "Saya melihat pernyataan Paus dengan sangat hati-hati," kata Giroux, seorang perawat terdaftar dan ibu dari sembilan anak. "Kami lebih melihat doktrin gereja pada pernyataan seperti ini,"
Germain Grisez, seorang teolog moral terkemuka mengatakan promosikan kondom sebagai perlindungan terhadap penyakit akan membenarkan hal "jahat" karena mengasumsikan seseorang tidak memiliki kapasitas untuk membuat pilihan moral yang baik. Dia menyatakan komentar Paus bisa jadi disalahgunakan untuk menabur keraguan tentang ajaran Katolik.
"Banyak perkataan Yesus sendiri telah disalahgunakan, dan dia tidak meragukan ramalan bahwa ajarannya akan disalahgunakan. Namun, dia tetap mengatakan apa yang dia pikir akan mengarah pada keselamatan orang-orang yang terbuka untuk pengajaran-Nya.," Tulis Grisez dalam sebuah e-mail. "Saya berasumsi bahwa niat Paus Benediktus saat berbicara karena ia tidak mirip dengan Yesus. Niat itu Benediktus harus dikatakan mungkin tidak terdengar seperti Yesus,"
Haas, seorang teolog moral lainnya mengatakan dia memanggil semua Uskup Selasa lalu, untuk mempertanyakan kebingungannya terhadap perkataan Lombardi. Menurutnya, apa yang dikatakan Paus terfokus usaha menegakkan ortodoksi Katolik tentang perkawinan dan seksualitas. Menanggapi itu, Konferensi Uskup Katolik AS menolak memberikan komentar.
Secara terpisah, Philip Lawler, editor Catholic World News, menuntut pengunduran diri editor surat kabar Vatikan, L'Osservatore Romano, setelah Paus mengutip harian tersebut saat mempublikasikan pemberitaan kondom dan topik lainnya dalam edisi Sabtu lalu.
Lawler dan kebanyakan umat Katolik ortodoks lain berpendapat bahwa media itu merongrong paus dengan mengutip dia tanpa konteks yang tepat. Lawler berdiri dengan kritik dan menyerukan pengunduran diri editor setelah konferensi pers. "Saya pikir klarifikasi itu membingungkan dan membuat frustrasi," ujar Lawler.
Pada dasarnya ajaran Katolik tidak pernah benar-benar melarang penggunaan kondom untuk perlindungan terhadap HIV. Vatikan sebagai otoritas tertinggi dalam hieraki kekristenan boleh dibilang mengeluarkan kebijakan tidak resmi atas masalah ini.