Jumat 26 Nov 2010 04:21 WIB

Instansi Pemerintah Wajib Informasikan Data Pajak

Rep: Teguh Fimansyah/ Red: Budi Raharjo
Dirjen Pajak
Foto: Edwin/Republika
Dirjen Pajak

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seluruh instansi pemerintah wajib memberikan data informasi pajak yang dimiliki sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP. Penyampaian data tersebut salah satunya melalui integrasi sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan data nomor pokok wajib pajak (NPWP).

Sayangnya upaya integrasi itu terkendala oleh egoisme instansi. Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pajak, Mochamad Tjiptardjo, saat  penandatanganan kesepakatan bersama Integrasi Data Nomor Pokok Wajib Pajak di Sistem Pengadaan Elektorni Pemerintah  Direktorat Jenderal Aplikasi telematikan Kementrian Komunikasi dan Informatika, Kamis (25/11).

"Sesuai pasal 35 UU KUP itu,  Instansi pemerintah wajib memberikan data informasi pajak itu. Tapi karena banyak hambatan itu tidak mudah, diperlukan terobosan-terobosan untuk mendapatkan data itu," ujarnya.

Menurut Tjiptardjo, salah satu terobosan itu yakni  mengintegrasikan sistem data pengadaan pemerintah dengan sistem yang ada di pajak.  Dengan begitu setiap transaksi tender pengadaan barang akan tercatat di Ditjen Pajak. NPWP juga akan terekam sehingga potensi penerimaan negara dapat terprediksi secara lebih akurat.  

"Jadi nanti tidak ada yang berbuat curang terhadap laporan datanya. Karena kita bisa tahu nilai pengadaan dan pemenang tendernya, Sehingga potensi pajak yang bisa diperoleh negara dapat tercatat," katanya.

Tjiptardjo mengakui integrasi ini bukan tanpa kendala.  Pasalnya setiap instansi memiliki egoisme  masing-masing sehingga enggan melaporkan informasi pajak tersebut. "Ada aturan masing-masing disetiap instansi biasa mereka beralasan karena ada kerahasiaan jabatan. Padahal dalam undang-undang pajak itu, kerahasian untuk kasus ini bisa diabaikan," ucapanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement