REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perajin batik kesulitan mendapatkan bahan baku kain akibat gangguan cuaca di negara asal impor. Selain pasokannya minim, harganya pun melonjak. Karena itu, Pemerintah tengah mengkaji program pemberian bantuan potongan harga bahan baku bagi pelaku industri kreatif.
Menteri Perindustrian, MS Hidayat, mengakui saat ini anomali cuaca tahun ini mengganggu pasokan bahan baku kain seperti katun dan sutra untuk batik. Jika hingga pertengahan tahun depan harga masih bergejolak, pihaknya akan melakukan intervensi setelah melalui koordinasi antar kementerian. "Bantuannya semacam diskon harga maksimal lah," katanya kepada wartawan, Selasa (30/11).
Selain memberi potongan harga, dia juga mengusulkan pembatasan ekspor bagi gondorukem yang merupakan material alam untuk pewarna batik. "Jangan sampai gondorukemnya diekspor ke Cina lalu diimpor kembali ke sini sebagai pewarna oleh pembatik kita," ucapnya.
Selain itu, pihaknya masih menggarap proses pembuatan nomor harmonized system (HS) tersendiri untuk batik. Staf khusus Menteri Perindustrian, Benny Soetrisno, mengatakan panen kapas di belahan bumi utara, terganggu banyak faktor. Misalnya, banjir besar di Pakistan dan tingginya curah hujan di India. Akibatnya, India menghentikan ekspor kapas dan memprioritaskan produksi bagi dalam negeri. "Padahal, dua per tiga produksi kapas dunia dipasok dari negara di utara khatulistiwa," tuturnya.
Sementara, dia meneruskan, panen kapas di belahan bumi selatan seperti Australia dan Brazil baru berlangsung pada Maret-April setiap tahunnya. Saat ini dia menghitung, dunia kekurangan 21 juta bal kapas akibat anomali cuaca yang diluar perkiraan. Harga kapas, kata dia, telah naik dari 1,5 dolar AS per kilogram menjadi 2,8 dolar AS pada saat ini. "Malah pernah sampai 3,1 dolar AS per kilogram," ujarnya.