REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI--Menteri Dalam Negeri India mengatakan upaya Pakistan untuk mengadili mereka yang berada dibalik serangan Mumbai 2008 adalah suatu "sandiwara" karena Islamabad mengkhawatirkan kemungkinan keterlibatan para pejabat senior pemerintah.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di Wall Street Journal, Senin, GK Pillai mengatakan pemerintah India telah memberi pemerintah Pakistan informasi lengkap tentang identitas dari dalang kunci di belakang serangan yang menewaskan 166 orang itu.
Sejumlah bukti yang paling meyakinkan dikumpulkan dari interograsi Daud Headley, seorang warga Pakistan Amerika yang mengaku bersalah karena melakukan survei pada sejumlah hotel dan beberapa sasaran lain menjelang serangan yang dipersalahkan pada para gerilyawan yang bermarkas di Pakistan.
Menteri Pillai mengatakan Headley telah mengidentifikasi suara dalang kunci dan informasi tersebut telah disampaikan ke pihak berwenang Pakistan. "Saya tidak berpikir mereka akan berbuat apa-apa terkait hal itu," kata Menteri Dalam Negeri kepada Journal itu, seraya mengatakan bahwa langkah Pakistan untuk mengajukan kasus itu adalah "pura-pura" dan mengabaikan orang-orang yang berada di "ruang kendali" yang mengatur serangan tersebut.
Pillai berpendapat bahwa pemerintah Pakistan berhati-hati menindak para pemimpin gerilyawan, karena mereka dikhawatirkan akan "bernyanyi" (membocorkan) dan dan melibatkan para pejabat pemerintah Pakistan dalam serangan itu. "Mereka tidak bisa melakukannya," kata Menteri Dalam Negeri.
Serangan Mumbai, yang dimulai pada 26 November 2008, menyebabkan pembantaian ketika 10 orang gerilyawan bersenjata berat menyerang ibukota keuangan India, dan memicu serangan berdarah, serta pengepungan 60 jam yang ditampilkan langsung di televisi di seluruh dunia.
Sembilan dari 10 orang bersenjata tersebut tewas dan satu-satunya yang selamat, Mohammed Ajmal Kasab, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Mumbai pada bulan Mei. Dia adalah menentang hukuman itu.
Tujuh tersangka di Pakistan, termasuk orang yang diduga dalang serangan Zakiur Rehman Lakhvi, telah diajukan ke pengadilan di negeri itu, tetapi belum ada yang telah dihukum.
Proses persidangan telah terhenti, karena para pejabat Pakistan menuntut Kasab diperbolehkan untuk bersaksi, yang telah ditolak oleh New Delhi. Pakistan juga ingin mengirim komisi pencari fakta ke India untuk mengumpulkan lebih banyak bukti.
India melihat gerakan itu sebagai taktik mengulur-ulur dan mengatakan telah menyerahkan cukup bukti untuk menghukum orang-orang yang didakwa. Pakistan mengatakan bukti-bukti tersebut tidak dapat diterima di pengadilan.
Serangan Mumbai terus mengganggu hubungan antara dua negara pemilik senjata nuklir, India dan Pakistan, yang proses perdamaiannya yang bergerak lambat gagal setelah serangan itu. Serangan mematikan di Mumbai itu telah memicu kecaman dari seluruh penjuru dunia, dan di sebut sebagai salah satu peristiwa paling berdarah pada 2008.