REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Mantan Ketua MPR-RI, Hidayat Nurwahid, mengajak umat Islam Indonesia meneguhkan identitas diri dan menyadari posisi sebagai khalifah dan pemimpin di Tanah Air. "Umat Islam perlu menyadari sebagai pemilik sah Indonesia, dan bukan pengontrak. Oleh karena itu paling layak berikan solidaritas untuk saudara. Mengapa demikian? Islam mengajarkan untuk saling memperhatikan dan memedulikan sesama," kata dia saat memberikan taushiyah dalam Dzikir Nasional, di Masjid At-Tin, Jakarta, Jumat (31/12)
Hidayat menjelaskan, pengukuhan identitas tersebut penting sebab sejak awal konstribusi umat Islam dalam proses pendirian dan pembangunan bangsa sangat besar. Bahkan, banyak sumbangsih yang telah diberikan oleh umat Islam merupakan modal awal bagi tegaknya sendi-sendi hidup berbangsa dan bernegara.
Dia mencontohkan, jauh sebelum Budi Utomo yang diidentiikan sebagai kesadaran dan kebangkitan nasional, organisasi Jam'iyyatul Kheir telah lebih dahulu berdiri, tepatnya pada tahun 1901. "Artinya satu abad lalu, para tokoh Muslim sudah memikirkan perbaikan umat melalui jalur ekonomi, pendidikan dan lainnya," kata dia.
Akan tetapi, lanjut Hidayat, yang terjadi saat ini, umat Islam Tanah Air justru kehilangan identitas dan tidak bangga dengan ke-Islamannya. Oleh karena itu, dzikir diharapkan menjadi alternatif untuk kembali mengingatkan dan mensyukuri anugerah yang telah diberikan kepada Allah.
Rasa syukur diwujudkan dengan komitmen menjadi hamba Allah yang taat kepada perintah dan jauhi larangan Nya. “Maka sayang sekali jika melanggar dan menjadi hamba yang merendahkan diri sendiri, korupsi, merusak alam, atau tindakan tercela apa pun," papar dia. Ke depan, Hidayat mengusulkan agar lebih mengukuhkan identitas sebagai Muslim.
Ia tak lupa meminta Harian Republika diminta menyelenggarakan peringatan serupa menyambut tahun baru hijriyah. “Agar umat betul-betul menghayati dan dicatat sebagai kebaikan, diisi dengan tanggung jawab dan amanat serta diakhiri dengan khusnul khatimah," pungkas dia.