Senin 07 Feb 2011 17:35 WIB

Franz Magnis: Pemerintah Harus Terapkan "Zero Tolerance" pada Tindak Kekerasan

Red: Siwi Tri Puji B
Franz Magnis Suseno
Foto: PRIMAONLINE
Franz Magnis Suseno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rohaniwan Romo Franz Magnis Suseno mengatakan, pemerintah harus tegas melaksanakan "zero tolerance" atau tidak toleran pada kekerasan, sehingga kasus penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah di Kabupaten Pandeglang, Banten, tidak terulang kembali.

Romo Franz kepada wartawan di Jakarta, Senin, mengatakan, surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri atas warga Ahmadiyah tidak ada masalah. Namun upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan komunikasi dua arah dan mendidik masyarakat agar kembali pada toleransi yang pernah dimiliki.

"Masyarakat harus menerima perbedaan yang saat ini semakin multikultural dan plural," katanya.

Ia menilai kasus penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Padeglang, Banten yang menewaskan tiga orang warga Ahmadiyah dan enam orang luka-luka pada Ahad (6/2) merupakan puncak dari penolakan terhadap warga Ahmadiyah yang seringkali disuarakan. "Pemerintah harus mengambil tindakan tegas. Polisi pun harus mendapatkan dukungan agar bertindak sesuai dengan kemampuannya," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, masyarakat harus bisa menghormati adanya perbedaan. Selama mereka tidak mengganggu orang lain, biarkan mereka hidup dan beribadah apa yang mereka yakini, walaupun kita sendiri tidak menyetujui, ujarnya.

Menurut dia, SKB tiga menteri bisa saja perlu dilihat kembali, namun masalah sebenarnya bukan adanya SKB tersebut karena SKB sudah dijelaskan bahwa melarang Ahmadiyah untuk mengajarkan pandangannya keluar dan tidak menganggu warga yang lain.

"SKB itu bukan inti masalahnya, tetapi adanya penolakan terhadap keberadaan Ahmadiyah oleh masyarakat," kata Franz.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْۘا وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.

(QS. Al-Ma'idah ayat 2)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement