REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG- Sejumlah warga Kampung Pendeuy, Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang hingga kini belum berani pulang ke rumah pascabentrokan Jamaah Ahmadiyah dengan warga, 6 Februari lalu.
"Saya belum berani pulang ke rumah karena trauma saat kejadian bentrokan di rumah Suparman (pimpinan Ahmadiyah). Rumah kami bersebelahan dengan rumah Suparman," kata Wati (45), warga Peundeuy, Desa Umbulan Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang, Sabtu (12/2).
Wati mengatakan, dirinya kini mengungsi bersama saudara di Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak pascabentrokan yang menewaskan empat warga Jamaah Ahmadiyah.
Peristiwa bentrokan Jamaah Ahmadiyah dengan massa dari luar daerah sangat menakutkan Wati. Pasalnya rumah miliknya sempat dilempar batu hingga kaca rumah pecah.
Bahkan, massa akan membakar jika tidak ada warga lain yang menerangkan bahwa rumah bersebelahan Suparman bukan warga Ahmadiyah.
Meskipun rumahnya hanya pecah jendela dan tidak rusak berat, tetapi ia menyaksikan keberingasan massa hingga menimbulkan korban jiwa. "Saya takut dan ngeri melihat amukan massa yang datang dari arah depan dan belakang rumah," katanya.
Begitu pula Sarminah (50), warga Desa Umbulan Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang. Ia mengaku hingga kini belum pulang ke rumah karena juga masih ketakutan pascabentrokan jamaah Ahmadiyah dan massa. "Kami mau pulang ke rumah jika situasi sudah benar-benar kondusif dan aman," katanya.
Sementara itu Camat Cikeusik Kabupaten Pandeglang Abdjah mengimbau warga yang mengungsi ke tempat lain diminta kembali ke rumah masing-masing karena kondisinya sudah aman pascabentrokan tersebut.
"Saya menjamin tidak ada bentrokan susulan dan keamanan sudah kondusif dan polisi masih menjaga ketat lokasi rumah Suparman pimpinan Ahmadiyah," katanya.