REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI — Sebanyak 130 prajurit Libya yang enggan melaksanakan perintah untuk menembaki massa anti-presiden dieksekusi mati. Demikian laporan International Federation for Human Rights (IFHR) yang bermarkas di Paris, seperti disiarkan kantor berita Belanda, DPA.
Dalam tayangan video amatir yang tersebar di dunia maya, tampak jasad para prajurit terikat dengan kondisi mengenaskan. Kepala dipenuhi luka dan darah menggenang, berada di sekitar gurun kosong yang jadi tempat eksekusi.
Seluruh prajurit ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Diduga militer Libya membawa seluruh prajurit pada Selasa (22/2) malam untuk langsung ditembak mati. Dari luka yang didapati, seluruh prajurit diperkirakan dieksekusi dari jarak dekat.
Posisi jasad pun saling berdekatan, bahkan beberapa mayat bertumpuk. Juru kamera lokal Libya yang mendapati ke-130 militer langsung histeris begitu melihat sejumlah mayat tergeletak di sekitar daerah al-Baida, Timur kota Benghazi. Hanya dalam tempo kurang dari dua menit sang juru kamera merekam kondisi korban, sebelum lari menyelamatkan diri.
Peristiwa pembantaian di Benghazi langsung memancing komentar IFHR. Mereka mengecam tindakan kadafi yang dinilai biadab. “Ini adalah sebuah tragedi kemanusiaan. Pelakunya harus segera diseret ke pengadilan HAM internasional,” begitu pernyataan resmi IFHR.
Aksi yang dilakukan militer juga dikecam luas oleh pemimpin dunia. Presiden AS Barack Obama mengatakan, pemerintah Libya akan menanggung dampak atas seluruh tindakan keji yang dilakukan. “AS mempertimbangkan untuk melakukan sejumlah opsi serius kepada Libya,” tegas Obama.