Jumat 04 Mar 2011 19:12 WIB

AS Dinilai Mengincar Minyak Libya

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Koordinator Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina Al Muzzammil Yusuf menilai campur tangan Amerika Serikat (AS) di Libya sebenarnya untuk mengincar sumber minyak negara tersebut. "Rakyat Libya dan dunia harus waspadai campur tangan AS mengincar minyak seperti yang terjadi di Irak dan Afghanistan. Jika AS berniat memperjuangkan kemanusiaan, urusi saja korban kemanusiaan di Palestina, Irak dan Afghanistan, yang jelas-jelas korban arogansi AS dan sekutunya," ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat.

Menurut laporan UNRWA, blokade yang dilakukan Israel, sekutu AS terhadap rakyat Palestina di Gaza sejak 2007 telah menewaskan lebih dari 1.400 orang, kebanyakan warga sipil serta merusak atau bahkan menghancurkan lebih dari 50 ribu rumah, 800 unit industri dan 200 sekolah. Sedangkan agresi militer AS di Irak telah menewaskan lebih dari 100 ribu warga sipil. Hingga kini di Gaza masih susah sandang, pangan dan papan yang merupakan dampak kebengisan Israel yg didukung AS dan sekutunya. "Itu dosa mereka yg jelas di depan mata dunia," ujar anggota Badan Kerja sama Antar Parlemen DPR RI ini.

Jadi, kejahatan AS tersebut tidak lebih ringan dari praktek diktator Khadafi yang menurut Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Libya telah menewaskan 6.000 orang dalam aksi protes yang menentang Pemimpin Libya Moammar Khadafi. AS tidak laik berperan di Libya. "Tangan AS sudah berlumuran darah warga sipil di Palestina, Iraq dan Afghanistan," katanya.

Muzzammil menyerukan agar Pemerintah Indonesia mendorong OKI dan Liga Arab agar campur tangun untuk menyelesaikan krisis politik di Libya. Jika Liga Arab tidak cukup mampu berperan karena sebagian mereka sedang terkena masalah serupa, maka libatkan saja OKI yang di dalamnya ada Turki dan Indonesia, dua negara demokratis, untuk bisa turut berperan dalam menanggulangi persoalan kemanusiaan di Libiya.

Liga Arab dan OKI akan lebih diterima oleh masyarakat Libiya maupun Khadafi, karena persamaan kultural maupun agama. Sementara dengan Barat, Khadafi juga mempunyai latar belakang konflik yang panjang. "Ini adalah momentum diplomasi Indonesia di Timur Tengah dimana selama inipun Indonesia tidak memiliki masalah dengan Khadafi," katanya.

Politisi PKS ini khawatir jika Libya tidak ditangani oleh OKI dan Liga Arab akan menjadi korban kelicikan AS untuk mengeruk keuntungan minyak melalui invansi bersenjata di Timur Tengah. "Jangan sampai Libya menambah deretan panjang penderitaan Dunia Islam setelah Palestina, Iraq, dan Afghanistan," ujar Muzzammil.

Muzzammil menyambut baik Dewan Keamanan PBB yang menyerahkan tindakan keras yang dilakukan aparat pemerintahan Khadafy kepada pengadilan kejahatan perang permanen agar pengadilan tersebut mengadakan investigasi terhadap kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dewan Keamanan juga menerapkan embargo senjata bagi Libya, yang karena itu DK-PBB meminta semua negara untuk tidak menyediakan persenjataan bagi Libya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement