REPUBLIKA.CO.ID, Lelah dengan beberapa majalah wanita yang kerap mengunggulkan tips-tips kecantikan? Kini ada majalah wanita baru yakni Al Shamika yang diniatkan untuk mengisi ruang antara wanita kosmopolitan dan melakukan 'teknis-teknis jihad'.
Mengapa demikian? Sebab majalah yang berarti wanita yang mulia itu diterbitkan oleh kelompok Al Qaidah. Awal bulan ini, Al Fajar, distributor online yang kerap menyalurkan propaganda Al Qaidah, menerbitkan majalah dengan 31 halaman tersebut dengan segmen pasar eksklusif para wanita jihadi.
Para pengamat yang telah melihat majalah itu, menyimpulkan Shamika adalah campuran tips kecantikan--meski tak terlalu menonjol seperti majalah mode--namun terdapat pula dosis propaganda al Qaidah. Pada halaman pembukaan dijelaksan tujuan majalah yakni menginspirasi lebih banyak wanita jihadi dengan alasan "para musuh tahu terlalu baik apa yang terjadi jika wanita memasuki area jihad".
Beberapa isi dalam majalah ini antara lain artikel berjudul "Menikahi seorang jihadi" lalu "Hukum syariah yang sesuai dengan anda" dan "Rumahmu adalah kerajaanmu", dan juga bagaimana "Bertemu dengan istri seorang jihadi".
Dalam terbitan berikut, Samikha mulai mengulas tentang bagaimana melakukan layanan jihad. Independen menulis terbitan no 2 akan memuat tips bagaimana melakukan "jihad elektronik".
Namun itu bukan majalah jihad pertama bagi wanita. Al Khansa, didirikan juga menjadi bagian dari Al Qaidah dan dipublikasikan oleh Women's Media Bureau di Arab pada 2004. Majalah itu juga menawarkan pendekatan serupa untuk mengintepretasi al-Qaidah kepada pembaca wanita.
Al Khansa menerbitkan artikel yang memuja wanita pendukug jihad dan mengatakan "Darah suami kami dan bagian dari tubuh anak-anak kami adalah alat pengorbanan yang membuat kami kian dekat dengan Allah. Sehingga lewat kami, Allah akan membuat martir-martirnya bergerak demi-Nya untuk keberhasilan,"
Wanita tidak selalu didegradasi menjadi pendukung grup teroris jihad. Mereka juga kerap terlibat dan melakukan aksi jihad seperti di Rusia dan Chechnya. Namun beberapa pelaku jihadis murni kadang tidak nyaman dengan gagasan wanita terlibat lebih aktif dalam gerakan terorisme.