Selasa 22 Mar 2011 15:16 WIB

Patrialis: RUU Intelijen Justru Cegah Penyadapan Sembarangan

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Djibril Muhammad
Patrialis Akbar
Patrialis Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah tetap beranggapan bahwa intersepsi komunikasi atau penyadapan yang diatur dalam RUU Intelijen Negara tidak melanggar privasi warga negara, justru mengatur penyadapan agar tidak berlangsung sembarangan. Kewenangan penyadapan sangat penting dimiliki intelijen negara.

"Justru dengan UU ini diatur dengan baik penyadapan bagaimana, tidak boleh penyadapan sembarangan tanpa aturan, justru itu melanggar UU lain. Penyadapan juga harus ada aturan, makanya diatur," kata Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (22/3).

Patrialis mengaku wajar jika ada pro dan kontra terhadap isu itu. Meski demikian, kata Patrialis, pemerintah berpendapat intelijen perlu wewenang menyadap. "Yang namanya badan intelijen kalau tidak punya kewenangan menyadap bagaimana mungkin dia peroleh informasi," katanya.

Patrialis menegaskan, intelijen itu bertugas menggali sejauh mungkin informasi-informasi yang salah satunya didapat melalui penyadapan. "Kalau dia tidak dapat informasi bagaimana dong?" kata Patrialis dengan tawa khasnya.

Dia mengatakan, penyadapan itu bisa dilakukan kepada siapa saja, termasuk pemerintah. "Kalau memang urgent dan itu dibutuhkan (menyadap pemerintah) ya terserah BIN, kita kan tidak bisa mengendalikan, pemerintah ini kan luas, memang ada jaminan penyelenggara negara ini bagus? Kan tidak juga," kata dia.

Menurut Patrialis, aturan penyadapan dalam RUU Intelijen ini sebenarnya maksudnya baik. "Dengan ada transparansi di penyadapan ini maka kekhawatiran kesewenang-wenangan, pelanggaran HAM, bisa diatasi. Buat apa kita kucing-kucingan," kata Patrialis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement