REPUBLIKA.CO.ID, LIMA--Para arkeolog mengatakan, coretan di bagian belakang surat yang didapat dari sebuah situs penggalian abad ke-17 mengungkapkan sebuah bahasa yang sebelumnya tidak dikenal. Bahasa ini jamak digunakan oleh masyarakat adat di Peru utara berabad silam.
Surat itu ditemukan di bawah tumpukan batu bata adobe di sebuah kompleks gereja yang roboh dekat Trujillo, 347 mil sebelah utara Lima. Kompleks ini telah dihuni oleh biarawan Dominika selama dua abad.
"Investigasi kami menetapkan bahwa ini sepotong catatan kertas sistem angka dalam bahasa yang telah hilang selama ratusan tahun," kata Jeffrey Quilter, seorang arkeolog di Harvard Peabody Museum Arkeologi dan Etnologi kepada Reuters, Kamis (23/9).
Foto surat yang baru-baru ini disampaikan tim arkeologis tersebut menunjukkan kolom-kolom nomor yang ditulis dalam bahasa Spanyol dan diterjemahkan ke dalam sebuah bahasa, yang menurut para sarjana, bahasa itu saat ini sudah punah.
"Kami menemukan bahasa yang tidak ada yang melihat atau mendengar sejak abad ke 16 atau 17," kata Quilter dengan menambahkan bahwa bahasa tampaknya telah dipengaruhi oleh Quechua, lidah yang kuno masih digunakan oleh jutaan orang di seluruh Andes.
Dia mengatakan bahasa tersebut bisa juga versi tertulis dari era kolonial Spanyol dalam tulisan-tulisan sejarah sebagai pescadora, untuk para nelayan yang berbicara dengan bahasa itu di pantai utara Peru.
Sejauh ini tidak ada catatan dari bahasa pescadora yang telah ditemukan.
Surat tersebut, terkubur di reruntuhan gereja de Magdalena Cao Viejo di El Brujo, kompleks Arkeologi di Peru bagian utara, ditemukan pada tahun 2008.
Tapi Quilter, kata arkeolog memutuskan untuk menyimpan rahasia penemuan mereka sampai penelitian yang menunjukkan bukti dari bahasa yang hilang diterbitkan bulan ini dalam jurnal American Antropolog.
"Saya rasa banyak orang tidak menyadari betapa banyak bahasa yang digunakan di masa pra-kontak," kata Quilter. "Secara bahasa, hubungan antara penjajah Spanyol dan penduduk asli sangat kompleks."