REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM--Kekalahan kubu Demokrat dari Republik dalam pemilihan paruh waktu di Amerika Serikat (AS) tampaknya menjadi angin segar bagi sejumlah politisi Israel. Setidaknya mereka dapat menghela nafas sejenak setelah mendapat tekanan dari pemerintahan Barack Obama yang menekan Israel untuk menghentikan proyek pemukiman yang mereka bangun di wilayah Palestina.
Hal itu diakui sejumlah politisi Israel yang menyebutkan sejumlah orang dekat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu senang atas apa yang dialami presiden AS dari partai Demokrat itu yang selama ini terlibat perbedaan tajam dengan Netanyahu terkait masalah pemukiman tersebut.
''Tak perlu diragukan lagi hasil adanya pendukung Israel di AS dalam jumlah besar. Baik di DPR, senat dan hal itu mempengaruhi stabilitas politik,'' kata Yoram Ettinger, mantan diplomat Israel yang kini berada di AS. ''Presidan harus melakukan tindakan segera terutama terhadap Israel. Bagi saya setidaknya mengurangi tekanan kepada Israel,'' tambah Ettinger, Rabu (3/11).
Namun, sejumlah sumber menyebutkan Netanyahu masih bersikap hati-hati dalam menyikapi hasil pemilu sementara di AS itu. Terutama menyangkut kebijakan luar negeri AS dan prospek di periode kedua mendatang. Sejumlah sumber menilai Netanyahu memperhatikan dengan baik tokoh Demokrat lain seperti Bill Clinton yang juga berupaya menyelesaikan masalah perdamaian Israel-Palestina.
Clinton saat itu berhasil mengalahkan tekanan Republik dan berhasil memenangkan pemilu untuk periode berikutnya.
Netanyahu sendiri selain mendapat tekanan internasional, diminta untuk melanjutkan kembali perundingan damai dengan Palestina. Sebagai gantinya, negara zionis itu akan memperoleh bantuan paket keamanan dari pihak Washington. Namun, sejumlah kalangan menilai hasil pemilu itu menunjukkan upaya AS untuk memacu perundingan damai Israel dan Palestina telah selesai.