YOGYAKARTA--Naiknya harga pupuk secara merata pada awal April 2010 ini telah memicu kenaikan harga sayuran di Pasar-pasar tradisional di Yogyakarta. Bahkan, kenaikan harga sayuran tersebut merata di seluruh jenis.
Menurut Suci, pedagang sayuran di Pasar Giwangan Yogyakarta, kenaikan harga sayuran tersebut telah terjadi sejak dua minggu terakhir. "Stok masih cukup tetapi memang naik sejak dua pekan ini," ujarnya, Senin (12/4).
Menurut Suci, kenaikan harga sayuran bervariasi, tetapi paling tinggi hingga 50 persen dari harga sebelumnya. Menurutnya, harga tomat naik dari harga Rp 5.000/Kg menjadi Rp 10.000/Kg, kol dari Rp 3.000/Kg naik menjadi Rp 5.000/Kg. Kembang kol dari Rp 10.000/Kg naik jadi Rp 12.000/Kg.
Cabai rawit merah dari Rp 10.000/Kg naik menjadi Rp 12.000/Kg, cabai keriting merah dari Rp 8.000/Kg naik menjadi Rp 13.000/Kg, cabai teropong merah dari Rp 6.000/Kg naik menjadi Rp 14.000/Kg.
Kenaikan harga juga terjadi pada jenis bumbu dapur. Menurut Heni Purwanti, pedagang Pasar Beringharjo Yogyakarta kenaikan harga bumbu tersebut juga terjadi sejak dua pekan terakhir. Kenaikan harga juga bervariasi bahkan mencapai 40 persen. "Bawang putih yang mengalami kenaikan tinggi," ungkapnya.
Menurut Heni, harga Bawang putih (kating) dari Rp 14.000/Kg naik menjadi Rp 20.000/Kg, bawang putting (genco) dari Rp 13.000/Kg naik menjadi Rp 19.000/Kg.
Berdasarkan informasi dari para distributor sayur, kata Heni, kenaikan harga tersebut dipicu oleh kenaikan harga pupuk. 'Harga pupuk naik sehingga mempengaruhi beban petani sayur," paparnya.
Diakui Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Agung Gunawan, kenaikan harga pupuk telah memicu tingginya biaya produksi yang harus dibayar oleh petani.
Menurut Agung, kenaikan harga pupuk tersebut membuat ongkos produksi pertanian juga naik rata-rata 10 persen per hektare. Dari Rp 7 juta per hektare naik menjadi Rp 8 juta per hektare. "Jadi wajar jika harga produk pertanian termasuk sayuran kemudian naik," jelas dia.