REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG-–Sejak dua tahun terakhir ini, Pemkot Magelang, Jateng kehilangan potensi pendapatan asli daerah (PAD)-nya hingga miliaran rupiah. Hal itu sebagai akibat belum dibangunnya Pasar Rejowinangun yang terbakar.
Rencana pembangunan kembali pasar terbesar di Kota Gethuk itu tertunda-tunda, karena didera berbagai persoalan yang tak kunjung selesai. ‘’Potensi pemasukan dari retribusi pasar itu sangat besar, tapi sekarang tak bisa ditarik lagi,’’ kata Wali Kota Magelang, H Fahriyanto Senin (19/7).
Sejak Pasar Rejowinangun Kota Magelang terbakar pada 26 Juni 2008, kata dia, pungutan pajak Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan retribusi pasar dari pedagang praktis terhenti. Dengan demikian, pemkot kehilangan pemasukan dari sektor itu.
Menyinggung berapa angka pasti kehilangan pemasukan dari pasar tersebut, Fahriyanto mengaku tidak tahu persis. Namun berdasarkan catatan Dinas Pendapatan dan Pengelolahan Keuangan Daerah, diperkirakan angka potensi pendapatan yang hilang selama dua tahun itu mencapai lebih dari satu milyar rupiah.
Dia mengakui rencana pembangunan kembali pasar yang dijadikan tumpuan lebih dua ribu pedagang itu memang bermasalah. Salah satu kendalanya, kata Fahriyanto, adalah belum adanya kesepakatan antara panitia lelang pembangunan dan pedagang pasar sehingga investor pembangunan pasar itu belum bisa ditunjuk.
Secara terpisah, Kepala Seksi Pajak dan Retribusi Bidang Pendapatan Daerah, Sri Andayani, mengatakan selama ini Pemkot Magelang dari pasar tersebut setiap tahunnya menerima pemasukan Rp 514 juta. Sedangkan pendapatan dari IMB, kata dia, tak ada catatan pasti. Namun tahun 2007, secera keseluruhan, termasuk dari Pasar Rejowinangun, pemkot menerima Rp 377 juta dan meningkat jadi Rp 495 juta pada tahun 2008.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Kota Magelang, Edi Sutrisno, menambahkan, akibat terkatung-katungnya proses pembangunan kembali pasar itu, sekitar 50 persen pedagang gulung tikar. Sebagian yang tersisa tetap bertahan untuk berjualan meski dengan modal pas-pasan.