REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Peristiwa langka terjadi di Kelurahan Batuputu, Telukbetung Utara, Kota Bandar Lampung dalam sepekan terakhir. Kerumunan lalat yang diduga merupakan dampak keberadaan peternakan ayam potong menyerang warga dan menyebabkan wabah diare.
Hingga Senin (16/8), kerumunan lalat masih menyerang hampir semua rumah warga. Meski warga telah menutup makanan yang berada di luar lemari, kerumunan lalat masih saja menempel. Bukan hanya di makanan, lalat pun menempel hampir di semua tempat di rumah warga.
Warga pun terpaksa ada yang menutup mulutnya dengan masker untuk menghindari serangan lalat di mulut dan hidung. Suasana seperti ini terjadi sepanjang hari sehingga warga kesulitan untuk makan dan minum karena lalat sudah lebih dulu mencicipi.
Menurut Karim, warga setempat, peristiwa ini baru terjadi kali pertama. Sebelumnya, warga terbiasa meletakkan makanan di atas meja, tanpa ada lalat seekor pun. "Tapi kini walau makanan sudah ditutup tapi lalat masih juga menempel dan jumlahnya banyak lagi," tuturnya.
Ia menduga lalat yang menyerang pemukimannya dikarenakan dampak dari hadirnya peternakan ayam potong di Jalan WA Rahman, Kampungbaru, Telukbetung Utara. Ketika peternakan yang berjarak kurang dari satu kilometer tersebut belum berdiri, hampir bisa dikatakan tidak ada lalat.
Tak hanya itu, sudah ada beberapa warga menderita diare selama lalat menyerang permukiman warga. Namun, belum ada korban yang dirawat di rumah sakit. Kendati demikian, warga mendesak pemerintah setempat menutup usaha peternakan ayam potong tersebut, sebelum ada korban jiwa.
Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Falah, yang hanya berjarak 500 m, juga resah dengan lalat yang diduga kuat berasal dari peternakan ayam potong itu. Para santrinya banyak yang sakit, terutama diare. Ketua RT setempat, Muhidin, menyatakan peternakan tersebut sudah menggangu warga karena menimbulkan bau tak sedap, mendatangkan lalat, dan juga membawa bibit penyakit.
Peternakan ayam potong ini diketahui milik Slamet. Ia sudah membuka usaha tersebut sejak dua tahun lalu. Bau tak sedap mulai dirasakan warga sejak itu. Warga sudah mengajak rapat pemilik usaha, dengan mediasi lurah tetapi tidak membuahkan hasil. Hingga kini belum bisa dikonfirmasi pemilik peternakan tersebut.