REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Meski pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di Kota Yogyakarta baru akan dilaksanakan akhir tahun 2011, namun suhu politik mulai memanas. Pasalnya, tahapan pemilukada saja belum dimulai tetapi Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Yogyakarta sudah tegas menolak tidak akan berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam pemilukada tersebut.
Menurut Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Kota Yogyakarta, Gunawan Hartono, keputusan itu diambil atas amanat Rapat Kerca cabang (Rakercab) PDIP Yogyakarta. PDIP merasa kapok berkoalisi dengan PKS dalam pemilukada seperti yang terjadi tahun 2006 lalu. ''Kami merasa kapok dengan pengalaman 2006 lalu,'' tegasnya, Senin (30/8).
Menurutnya, saat koalisi Pemilukada tahun 2006 tersebut, PDIP sebagai partai pemenang pemilu dikalahkan oleh koalisi lain. Diakuinya, saat koalisi dengan PKS pada tahun 2006 itu, mesin partai di tingkat bawah PDIP justru tidak bekerja. Pasalnya, kata dia, mereka merasa ada perbedaan kultur dan ideologi yang mendasar antara PDIP dan PKS. ''Mereka merasa berbeda kultur dan ideologi,'' kilahnya.
Tahun 2006 lalu, PDIP berkoalisi dengan PKS dan PPP dalam koalisi Merah Putih. Mereka mengusung pasangan Widharto dan Syukri Fadholi. Namun pasangan ini kalah suara dalam pemilukada tersebut dari kolaiisi Rakyat Jogja (KRJ) yang merupakan koalisi antara Golkar, PAN, dan Demokrat yang mengurung Incumbent Herry Zudianto dengan Haryadi Suyuti.
Saat ini, PDIP Kota Yogyakarta telah memiliki bakal calon (balon) tunggal wali kota, yaitu Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirta Marta, Imam Priyono. Partai berpaham marhaenis ini sedang mencari balon wakil wali kota yang akan dipasangkan dengan Imam Priyono. ''Bisa dari kader bisa juga dari luar. Yang penting mereka satu ideologi dan nasionalis. Nama-nama yang serius akan kami daftar untuk kami survei tingkat elektabilitasnya di masyarakat,'' tambahnya.
Sementara itu, Ketua Bappilu PKS DIY, Zuhrif Hudaya, mengatakan partainya tidak alergi berkoalisi dengan partai manapun di seluruh Indonesia. Jika ada partai politik yang menolak berkoalisi dengan PKS maka bisa dilakukan musyawarah. ''Kita ini terbuka berkoalisi dengan partai manapun tidak masalah. tetapi kalau tidak mau berkoalisi kita juga tidak mau memaksakan,'' ujarnya.
Menurutnya, PKS tidak pernah merasa bergesekan dengan PDIP saat pelaksanaan pemilukada tahun 2006 lalu. Pada waktu itu, PKS juga telah bekerja secara //all out untuk memenangkan pasangan calon yang diusung. ''Persoalan kalah dan menang itu biasa dalam pemilu,'' katanya.