REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH--Sedikitnya 418 titik api atau hotspot terdeteksi di 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak Januari hingga 16 September 2010. Manajer Advokasi, Riset, dan Media Pusat Studi Lingkungan dan Masyarakat Adat (Puslima) M Oki Kurniawan di Banda Aceh, Sabtu, mengatakan, dari seluruh titik api tersebut, 20 titik di antaranya berada di kawasan hutan dan 398 titik di luar areal hutan.
"Ratusan titik api tersebut terdeteksi berdasarkan olah data laporan satelit Terra dan Aqua milik National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan antariksa Amerika Serikat," katanya. Ia menyebutkan titik api terbanyak terdeteksi di Kabupaten Aceh Barat yakni 109 titik yang seluruhnya berada di luar kawasan hutan.
Secara keseluruhan, titik api terbanyak terjadi pada Mei 2010, dengan jumlah 99 titik, sebanyak 98 titik di antaranya di luar areal hutan dan satu titik di kawasan hutan yang terdeteksi di Kabupaten Bireuen. Ia menyebutkan titik api yang terjadi pada Mei 2010 tersebut terbanyak di Kabupaten Aceh Barat yakni 25 titik, Kabupaten Nagan Raya 22 titik, dan Kabupaten Aceh Singkil mencapai 19 titik api.
"Titik api yang terdeteksi pada September ini mencapai 61 titik, di antaranya 60 titik di luar areal hutan dan satu titik di kawasan hutan. Titik api di kawasan hutan ini terdeteksi di Kabupaten Gayo Lues," sebut dia. Selain itu, kata dia, titik api yang terdeteksi di Provinsi Aceh dalam rentang waktu empat tahun terakhir mencapai 2.445 titik. Titik terbanyak terjadi pada 2009 mencapai 1.060 titik, di antaranya di kawasan hutan 58 titik dan di luar kawasan hutan 1.002 titik.
Menurut M Oki Kurniawan, titik api yang terdeteksi tersebut bisa dikatakan kebakaran, baik di kawasan hutan maupun di luar areal hutan, baik hutan lindung, hutan konversi maupun hutan produksi. Ia menambahkan, kebakaran ini disebabkan beberapa faktor seperti pembersihan lahan dengan cara membakar untuk perkebunan dan pertanian.