REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mempersilakan warga di kawasan Tarakan, Kalimantan Timur, untuk mengungsi ke barak atau tangsi Tentara Nasional Indonesia (TNI) bila merasa lebih memperoleh keamanan. "Kalau pengungsi berkeinginan mengungsi dan sebagian ditampung oleh tangsi-tangsi kita ya silakan saja, itu bagian dari kegiatan teritorial yang kita lakukan," katanya kepada pers di Jakarta, Rabu (29/9).
Namun demikian, ia mengemukakan, TNI hanya bisa membantu semampunya sesuai dengan kondisi barak yang ada di sana. Menurut dia, masalah ketertiban dan keamanan masyarakat domestik bukanlah wilayah kewenangan tentara, tapi kasus itu sesungguhnya adalah merupakan kasus ketakutan publik yang merupakan kewenangan kepolisian.
"Barak tentara di Tarakan hanya bisa sementara menampung pengungsi karena sesungguhnya hanya diperlukan untuk kegiatan TNI sendiri," demikian Purnomo Yusgiantoro.
Seperti diberitakan sebelumnya, kasus ini berawal dari perkelahian antara Abdurrahman Syah melawan lima pemuda tidak dikenal pada Ahad (26/9), sekitar pukul 23.30 WITA. Ketika itu, ungkap Yoga, Abdurrahman tengah melintas di depan perum Korpri, Jl. Serunai 3, Tarakan, Kalimantan Timur.
Usai dikeroyok, Abdurrahman Syah sempat dirawat di RS. Tarakan pada sekitar pukul 00.00 WITA. Abdurrahman kemudian sempat bercerita kepada keluarganya bahwa ia telah dikeroyok sejumlah pemuda. Ayah Abdurrahman, Abdullah, bersama dengan enam orang lainnya, kemudian mencari pelaku penganiayaan anaknya tersebut. Saat tiba di Perum Serunai 3, mereka diserang lima orang.
Mereka membawa parang, mandau dan tombak untuk menyerang Abdullah dan kawan-kawan. Kemudian, tuturnya, terjadi perkelahian sehingga Abdullah yang juga merupakan tokoh pemangku adat suku Tidung tersebut meninggal dunia. Satu jam setelahnya, massa dari kelompok Tidung menyerang Perum Serunai 3. Menurut Yoga, rumah salah satu warga bernama Nurdin menjadi korban amuk massa. Kelompok itu pun membakar rumah warga tersebut.