REPUBLIKA.CO.ID,SERANG--Warga di sepanjang pesisir Pantai Anyer dan Carita mulai khawatir akan peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Alat seismograf di Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (2/11) merekam telah terjadi 649 aktivitas kegempaan, antara lain empat kali gempa vulkanik dalam, 79 kali gempa vulkanik dangkal, 251 kali letusan, 86 kali hembusan, dan 229 kali tremor.
Susmiatun Hayati, 45 tahun, salah seorang warga pesisir Pantai Anyar, mengaku khawatir dan takut jika malam tiba. Tidurnya pun tidak lagi sepulas sebelum tsunami menerjang Pulau Mentawai, Sumatra Barat. Suara dentuman keras akibat letusan Gunung Anak Krakatau yang membuat kaca rumahnya bergetar semakin mengusik tidurnya.
Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau memang cukup signifikan jika dibanding hari kemarin, yakni dari 151 kali menjadi 229 kali tremor atau letusan yang tidak putus-putus. Bahkan menyebabkan keluarnya lava pijar dan abu vulkanik dari kawah Gunung Krakatau.
Nelayan asal Anyer, Kabupaten Serang, Majmudin, 37 tahun, juga mengaku terganggu dengan semburan batu panas dari Gunung Anak Krakatau yang menunjukkan peningkatan dari hari ke hari. "Dalam dua pekan ini saya tidak ke laut. Karena lemparan batu cukup jauh, saya takut kena," ujar Majmudin.
Namun, Majmudin dan Susmiatun mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan meningkatnya aktivitas Gunung Anak Krakatau, apalagi harus segera memutuskan mengungsi. Karena hingga kini belum ada imbauan untuk mengungsi. Masyarakat sekitar, menurut mereka, juga belum mempersiapkan diri jika bencana terjadi. Sebab aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tergolong biasa dan rutin terjadi.
Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Pasauran, Cinangka, Kabupaten Serang, Bentan pun mengimbau masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Provinsi Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu letusan Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami.
Gunung Anak Krakatau memang masih berstatus waspada level II. Namun permukaan dan suhu air laut di sekitar Gunung Anak Krakatau diprediksi meningkat karena larva pijar yang ke luar dari Gunung Anak Krakatau mengalir hingga ke laut. Namun, Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Anton Triambudi, mengaku belum menghitung ada kenaikan suhu di laut tersebut.
Karena itu, masyarakat dilarang melintasi hingga radius 2 kilometer dari kawah gunung tersebut. Meski jarak semburan batu pijar hanya mencapai 100 meter. Letusan berasal dari kawah yang baru terbentuk berdiameter 25 meter yang berada di puncak gunung.
Jumlah letusan kemungkinan bisa terus meningkat, mengingat dapur magma Gunung Anak Krakatau saat ini kembali aktif. Namun, intensitas gempa dan letusan yang terjadi setiap harinya terus mengalami fluktuasi.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau yang terletak di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Jumono, mengatakan lontaran batu pijar dan lava akibat dari letusan dan semburan gunung bisa mengakibatkan seseorang tewas seketika. “Lantaran suhu batu pijar dari letusan gunung anak krakatau mencapai 600 sampai 800 derajat calcius. Ini sangat membahayakan bagi masyarakat khususnya nelayan,” katanya.
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, mengatakan telah melakukan koordinasi dengan Kapolda Banten dan Danrem 064 MV Banten terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau. Selain itu, Atut mengaku terus mengupdate informasi terbaru dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). "Statusnya waspada level II. Karena itu, pemerintah kabupaten dan kota harus mempersiapkan kewaspadaan dini dan tetap berkoodinasi dengan pos pemantau," ujar Atut.
Atut juga mengajak para tokoh agama dan masyarakat untuk berdoa agar bencana yang tidak diinginkan tersebut tidak terjadi. "Bencana alam tidak bisa diprediksi. Karena itu kita harus terus berdoa untuk keselamatan Banten," pungkasnya.