Sabtu 06 Nov 2010 03:51 WIB

Nilai Impor di Jabar Malah Melonjak

Rep: c26/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-–Grafik nilai impor di Jawa Barat memperlihatkan kecenderungan terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jabar, pada triwulan ketiga 2010, nilai impor mencapai Rp 63,04 triliun.

Padahal, pada triwulan kedua, nilai impor hanya sebesar Rp 57,51 triliun. Sedangkan untuk triwulan pertama tahun ini hanya Rp 49,961 triliun.

Kepala BPS Jawa Barat, Lukman Ismail, mengatakan tingginya angka impor itu berdampak buruk terhadap tingkat penggunaan barang-barang lokal di Jawa Barat. Setidaknya, jika impor terus tinggi, secara otomatis produk lokal yang ada di Jawa Barat akan menurun. "Mestinya, impor ini bisa diturunkan," tutur Lukman, Jumat (5/11) di Bandung.

Selain itu, kata dia, angka impor juga mengurangi pertumbuhan komponen-komponen penggunaan bahan lainnya. Misalnya, konsumsi rumah tangga, termasuk non-profit yang melayani rumah tangga, dari triwulan pertama sebesar 114,98 triliun meningkat menjadi 121,55 triliun. Untuk  konsumsi pemerintah, naik dari Rp 11,38 triliun meningkat menjadi Rp 14,21 triliun.

Menurut Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Jawa Barat, Aderika Agus, peningkatan impor itu karena masih kurangnya produk-produk industri di Jawa Barat. Hal itu, termasuk juga bahan-bahan produksinya. “Meskipun kita bisa ekspor, tapi bahan-bahannya harus impor dari luar negeri,” katanya saat konferensi pers di Bandung, Jumat (5/10).

Hal serupa juga dikatakan Kasi Neraca Pengeluaran BPS Jawa Barat, Noning Komar. Menurutnya, angka ekspor di Jawa Barat sebenarnya sudah cukup tinggi. Bahkan pada triwulan ketiga untuk harga konstan, angka barang ekspor yang digunakan sebesar Rp 38,48 triliun. "Jumlah ini lebih besar dibanding penggunaan barang impor sebesar Rp 28,95 triliun," kata Noning.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement