REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Rentetan awan panas di Gunung Merapi masih terjadi pada Sabtu (6/11) sepanjang pagi hingga sore. Menurut pemantauan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BBPTK) Yogyakarta, dari pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB, erupsi Gunung Merapi masih terjadi dengan intensitas yang tinggi.
“Dari pukul 12.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, belum ada laporan pemantauan, namun pada dasarnya kondisi masih sama dengan kondisi tiga hari lalu,” kata Muljani, Staf Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta saat dihubungi melalui telpon oleh Republika, Sabtu (6/11) sore. Hal ini dibenarkan oleh Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi. “Kondisi Gunung Merapi masih sama dengan kondisi pada tanggal 3 November, status masih awas atau level 4,” kata Surono, saat dihubungi melalui telpon oleh Republika, Sabtu (6/11).
Muljani mengatakan tremor, guguran dan awan panas masih terjadi secara berentetan. Mulai pukul 00.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB, Gunung Merapi tertutup kabut pekat. Dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, sambung Muljani, sempat terjadi hujan pasir. “Kalau hujan pasir pasti ada di beberapa tempat, seperti di Selo, Kabupaten Boyolali. Di Muntilan, Yogyakarta juga sempat terjadi hujan pasir hari ini,” kata Muljani.
Muljani mengatakan pada pukul 11.51 WIB ada asap awan panas yang diikuti kilatan api setinggi 3000 m ke arah barat, utara, hingga timur. “Potensi terjadinya banjir lahar sangat memungkinkan karena semakin bertambahnya material erupsi di sepanjang alur sungai yang berhulu dari puncak G. Merapi dan tingginya intensitas hujan di sekitar Gunung Merapi, Hingga sore, masih hujan di sekitar Gunung Merapi,” ujar Muljani. Dia menambahkan wilayah aman bagi pengungsi adalah di luar radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Ketika dikonfirmasi mengenai sejauh mana abu vulkanik dari Gunung Merapi, baik Surono dan Muljani tidak dapat menjawabnya. “Untuk abu vulkanik saya tidak tahu sudah sampai sejauh mana, karena saya berada di bawah,” kata Surono. Muljani mengatakan pemantauan abu vulkanik hanya di wilayah Yogyakarta.
Mengenai kawah yang terbentuk di Puncak Gunung Merapi akibat letusan sejak 26 Oktober, Surono dan Muljani mengatakan belum mendapatkan laporan mengenai hal itu. “Dari BPPTK juga belum melakukan pemfotoan tentang terbentuknya kawah di Puncak Gunung Merapi,” kata Muljani.
Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo mengatakan sejak letusan Gunung Merapi yang terjadi 30 Oktober lalu, telah terbentuk kawah dengan diameter 400 meter di puncak Gunung Merapi. Lantaran membentuk kawah, letusan Gunung Merapi kali ini dibilang mirip dengan letusan Gunung Merapi tahun 1872.