REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Lembaga peduli kemanusiaan World Vision Indonesia atau WVI berupaya keras menggalang dukungan dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk program tanggap bencana meletusnya Gunung Merapi. Humanitarian & Emergency Affairs Director WVI Jimmy Nadapdap melalui surat elektronik yang dirilis di Bogor, Senin, mengatakan pihaknya masih membutuhkan tambahan dana bagi korban letusan gunung yang berada di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah itu. "Kami membutuhkan dana sebesar 1,5 juta dolar AS atau setara Rp14 miliar, untuk menjalankan program tanggap bencana di Yogyakarta," katanya menambahkan.
Ia menjelaskan, untuk memenuhinya, "World Vision Partnership" di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, melalui mitranya Wahana Visi Indonesia, berupaya keras menggalang dukungan dan kerja sama dengan berbagai pihak. Menurut dia, sebelum Merapi meletus, tim "assessment" WVI sudah hadir di lokasi dan langsung mendistribusikan 2.200 paket bantuan keluarga, 1.000 paket bantuan anak, 35.000 masker wajah.
Selain itu, 12.500 masker anak, 2.200 alas tidur dan mengoperasikan dua perpustakaan mobil atau "Mobil Sahabat Anak" di beberapa pusat evakuasi di Sleman.
Pihaknya juga telah mengoperasikan dua "Child Friendly Space" (CFS) atau Ruang Sahabat Anak (RSA) dari rencana total tujuh unit. "CFS memfasilitasi kegiatan belajar alternatif dan bermain bagi anak-anak di pusat evakuasi agar mereka segera kembali ceria," katanya.
Sementara itu, Manajer Humas WVI John Elwan menambahkan, pihaknya terus memperluas cakupan area program tanggap bencana. Menurut dia, program perlindungan anak, kesehatan, perbaikan ekonomi, dan air bersih serta sanitasi, menjadi fokus selama 90 hari yang diprogramkan pihaknya.
Sedangkan Trihadi Saptoadi, Regional Leader World Vision South Asia & Pacific yang datang ke lokasi bencana pekan lalu, memastikan seluruh program berjalan dengan baik. "Merapi masih berbahaya dan mengeluarkan abu vulkanik serta awan panas. Ini memaksa masyarakat meninggalkan rumahnya, takut terjadi letusan yang lebih besar lagi," katanya.
"World Vision memperpanjang durasi tanggap bencananya menjadi tiga bulan, dan kini telah membuka kantor di Yogyakarta agar koordinasi berjalan efektif," kata Trihadi. Menurut dia, perluasan batas bahaya menjadi 20 km menyebabkan enam kabupaten dan kota serta ratusan ribu populasi ikut terdampak.
Ia mengatakan, jumlahnya meningkat menjadi 279.702 orang dan tinggal di fasilitas-fasilitas publik, seperti sekolah yang diliburkan dan gedung perkantoran pemerintah. Bahkan sekitar 23.000 orang Maguwoharjo tinggal di stadion olah raga Maguwoharjo. "Masyarakat tumpah-ruah di hampir semua pusat evakuasi. Kebutuhan air bersih dan sanitasi lingkungan jadi sangat penting dan mendesak," kata Jimmy Nadapdap.