REPUBLIKA.CO.ID,BOYOLALI--Puluhan pengungsi asal Dusun Pojok, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis, nekat pulang ke rumah masing-masing dengan menyewa bus.
Para pengungsi yang menempati tempat pengungsi di Gedung DPRD Boyolali tersebut menyatakan, terpaksa nekat pulang ke rumah karena sudah mulai bosan dan tidak ada lagi yang diharapkan.
Menurut Parli (38) warga Dusun Pojok, Samiran, Selo, warga nekat pulang, karena di tempat pengungsian sudah mulai bosan dan tidak ada yang diharapkan lagi di dalam pengungsian. "Kami terpaksa pulang dengan menyewa bus untuk mengantar pulang ke rumah masing-masing di Dusun Pojok yang berjarak sekitar lima kilometer dari puncak Merapi," kata Parli.
Menurut Parli, warga bergotong-royong dengan cara iuran untuk membayar sewa bus sekitar Rp 300 ribu sekali angkut hingga ke kampung.
"Saya sudah sekitar 15 hari dipengungsian dan merasa jenuh. Saya tidak butuh makan saja, tetapi juga butuh biaya untuk memberi makan ternak-ternak," katanya.
Menurut Parli, kalau sudah pulang ke rumah bisa mulai beraktivitas dengan mengolah lahan pertanian untuk kelangsungan kehidupan keluarganya.
Ia mengemukakan, warga di Dusun Pojok dihuni sekitar 35 kepala keluarga dengan 300 jiwa. Mereka mengungsi sejak tanggal 4 November 2010 saat wilayahnya diguyur hujan abu hebat dari letusan Gunung Merapi.
Namun, warga di Dusun Pojok yang mengungsi menempati Gedung DPRD Boyolali, sejak Kamis pagi hingga sekarang sekitar 85 jiwa sudah meninggalkan pengungsian.
Warga nekat pulang, kata dia, karena mereka sudah mulau bosan dan tidak ada yang diharapkan lagi untuk kelangsungan kehidupannya. Warga tidak hanya butuh makan saja. Namun, mereka juga membutuhkan uang tunai untuk kebutuhan lainnya seperti membeli pakan ternak.
Oleh karena itu, warga setelah pulang dapat bekerja kembali untuk dapat menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhannya, meski kondisi Merapi hingga kini statusnya masih "awas".
Sementara Asisten III Bidang Kesra Setda Boyolali, yang juga Koordinator Penanggulangan Bencana, Syamsudin mengatakan, pemkab tetap mengimbau warga yang daerahnya masuk radius 10 km tetap bertahan di pengungsian, karena kondisi Merapi masih berbahaya.
Namun, pengungsi yang nekat kembali pulang, pemkab sudah tidak dapat memaksakan untuk menahan mereka, meski dusunnya masih masuk dalam kawasan rawan bencana Merapi. "Kami hanya sebatas memberikan imbauan dan memberikan pengertian kepada warga," katanya.
Kendati demikian, pemkab tetap memberikan pasokan logistik bagi warga yang masuk kawasan rawan bencana. Mereka akan diberikan jatah hidup (Jadup) selama lima hari ke depan. "Jadup berupa beras sebanyak 0,4 kg per orang per hari dan ditambah lauk pauk," katanya.